Aku dengar dari senandung angin malam
dan gemericik air hujan, "Oh rasa cinta, bersabarlah, menantinya".
Adakah itu pesanmu, kekasih?
Aku dengungkan ditelingaku, "rindu
bukanlah hal yang mudah luntur. Inshomia abadi menimpanya. Dia enggan menutup
mata. Selamanya. Sampai saat pertemuan diatur, beginilah adanya rindu. Kepadamu kekasih. Kepadamu."
Seharusnya para pujangga membuat satu
kata baru lagi. Yang bisa menjelaskan benar-benar tentang perasaanku saat ini.
Satu kata diatas kata sayang. Yang lebih dari kata cinta. Karena kata cinta
saja, belum mampu menerjemahkan apa yang ada didalam hati ini.
Bisakah? Ah, aku pun tak tahu.
Memang benar adanya. Bagi manusia biasa,
mustahil bisa mengerti dan menjalani Cinta. Tapi yang pasti. Perkawinan dengan
dipondasi dengan keyakinan akan adanya cinta akan berlangsung selamanya. Karena
cinta itu hakiki nan abadi. Bukankah Nabi pernah bilang, bahwa seseorang akan
bersama orang yang dicintainya kelak?
Bila masih saja engkau menganggap aku
ini berlebihan. Ya sudah. Itu hakmu. Itu sudut pandangmu. Pendapatmu, pendapat
tidak bisa disalahkan. Namun bagiku ini adalah suatu hal yang biasa. Beginilah
caraku menyirami rasa yang ditanam dan ditumbuhkan oleh Tuhan. Aku terus tanpa
henti menyiraminya agar tetap subur. Dengan doa dan perbuatan baik, Insyaa Allah. Agar tak kembali dicabut
oleh Tuhan karena aku tak merawat apa yang telah diamanatkan olehNya.
Adakah syair dan hal yang berhubungan cinta
akan ku kendorkan setelah dapat aku memelukmu kelak? Kalau begitu adanya, tak
kubaca segala yang berhubungan dengan cinta dan kasih sayang. Kan kututup
rapat-rapat mata dan telinga dari hal-hal yang berhubungan denganya. Untuk apa
coba? Kau sudah dalam pelukku. Sudah tak perlu lagi aku berpikir. Membaca. Ataupun
sibuk dengan buku dan pena.
Adanya aku mempelajari segala hal yang
berhubungan dengan cinta, bukan hanya ingin membuatmu klepek-klepek kala kulempari engkau dengan syair-syair. Bukan,
bukan begitu niatku. Aku ingin mengenal lebih dalam akan cinta itu sendiri. Ingin
terus merawat dan menjaga kesuburan cinta itu. Kita sama-sama setuju, ini baru
awal. Ya, awal dari perjalanan yang tak mungkin selesai ditempuh hanya satu dua
hari perjalanan. Ini akan menjadi perjalan yang lama. Melelahkan. Menguras
energi. Akan banyak lubang dan tikungan yang akan kita lahap. Namun, dengan
keteguhan hati, semangat, dan niat yang baik serta tentu tidak bakal kita
lupakan keikutsertaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Serta apa-apa yang telah
dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad shallâhu
‘alaihi wa sallam mari berpegang tangan, menatap tujuan mulia menuju
firdausNya. Bismillah. Tetap berpikir
positif dan husnudzon kepada Allâh subhanahu wa ta'ala.
Sampai saat ini, bermacam-macam buku,
artikel, esai dan kutipan-kutipan tentang cinta telah banyak kubaca. Petuah,
nasehat, wejangan tentang cinta pun telah banyak masuk ke telingan dan telah
kukurung dalam hatiku. Namun, tak kunjung puas pula hatiku tentang cinta itu.
Ingin lagi dan lagi.
Aku tak ingin roman berbalas kata cinta
karena dirasuki rindu itu hanya kita nikmati dikala masa “zona aman” ini. Aku
ingin bisa terus menghadirkan kata-kata cinta hingga mulutku tak mampu lagi
bicara dan tanganku telah lemah menganggkat pena. Selamanya, kala bersanding
denganmu yang ingin aku keluarkan dari mulutku adalah sesuatu yang akan
mengembirakan hatimu. Bukan hal yang akan menghunjam hatimu dengan tajamnya
lidahku. Dan, ketika tangan ini bergerak adalah membuat tenang dirimu. Bukan
membuat bekas memar di tubuhmu. Telah aku haramkan atas diriku untuk
menyakitimu. Baiti Jannati, begitu
kata Kanjeng Nabi Muhammad shallâhu
‘alaihi wa sallam. Menciptakan miniatur surga di rumah. *mbayangne tok we wes seneng*
Ya Allah, aku memohon dengan sangat akan
keinginanku ini untuk engkau kabulkan. Bukankah Engkau sangat menyukai hambaMu
yang berbuat baik? Ini hambaMu sedang memohon kebaikan dan ingin selalu Engkau
beri taufiq untuk berbuat kebaikan.
Agaknya engkau setuju dengan apa yang
aku tulis ini, doakan aku. Aku tak punya kontrol atas diriku. Aku adalah
milikNya, begitu pun juga engkau, kekasih. Mari kita berdoa sama-sama, agar
kita berdua dijadikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa menjadi burung yang gagah nan
cantik lengkap dengan dua sayap yang tangguh. Untuk terbang menuju kepada Tuhan
yang Maha Cinta itu. Mengharap agar diridhoi serta terselimuti oleh rahmatNya.
Ala
hadiniyah wa kulli niatin Sholihah Wa ila Hadrotinnabi Sholallahu
'Alaihi Wassalam al-Fatihah!
Adziz bin Gino
Sukoharjo, 18 Maret
2015
0 komentar:
Posting Komentar