Rabu, 01 April 2015

Sampai Saat Pertemuan Diatur




Aku dengar dari senandung angin malam dan gemericik air hujan, "Oh rasa cinta, bersabarlah, menantinya". Adakah itu pesanmu, kekasih?
Aku dengungkan ditelingaku, "rindu bukanlah hal yang mudah luntur. Inshomia abadi menimpanya. Dia enggan menutup mata. Selamanya. Sampai saat pertemuan diatur, beginilah adanya rindu. Kepadamu kekasih. Kepadamu."
Seharusnya para pujangga membuat satu kata baru lagi. Yang bisa menjelaskan benar-benar tentang perasaanku saat ini. Satu kata diatas kata sayang. Yang lebih dari kata cinta. Karena kata cinta saja, belum mampu menerjemahkan apa yang ada didalam hati ini.
Bisakah? Ah, aku pun tak tahu.

Memang benar adanya. Bagi manusia biasa, mustahil bisa mengerti dan menjalani Cinta. Tapi yang pasti. Perkawinan dengan dipondasi dengan keyakinan akan adanya cinta akan berlangsung selamanya. Karena cinta itu hakiki nan abadi. Bukankah Nabi pernah bilang, bahwa seseorang akan bersama orang yang dicintainya kelak?
Bila masih saja engkau menganggap aku ini berlebihan. Ya sudah. Itu hakmu. Itu sudut pandangmu. Pendapatmu, pendapat tidak bisa disalahkan. Namun bagiku ini adalah suatu hal yang biasa. Beginilah caraku menyirami rasa yang ditanam dan ditumbuhkan oleh Tuhan. Aku terus tanpa henti menyiraminya agar tetap subur. Dengan doa dan perbuatan baik, Insyaa Allah. Agar tak kembali dicabut oleh Tuhan karena aku tak merawat apa yang telah diamanatkan olehNya.
Adakah syair dan hal yang berhubungan cinta akan ku kendorkan setelah dapat aku memelukmu kelak? Kalau begitu adanya, tak kubaca segala yang berhubungan dengan cinta dan kasih sayang. Kan kututup rapat-rapat mata dan telinga dari hal-hal yang berhubungan denganya. Untuk apa coba? Kau sudah dalam pelukku. Sudah tak perlu lagi aku berpikir. Membaca. Ataupun sibuk dengan buku dan pena.
Adanya aku mempelajari segala hal yang berhubungan dengan cinta, bukan hanya ingin membuatmu klepek-klepek kala kulempari engkau dengan syair-syair. Bukan, bukan begitu niatku. Aku ingin mengenal lebih dalam akan cinta itu sendiri. Ingin terus merawat dan menjaga kesuburan cinta itu. Kita sama-sama setuju, ini baru awal. Ya, awal dari perjalanan yang tak mungkin selesai ditempuh hanya satu dua hari perjalanan. Ini akan menjadi perjalan yang lama. Melelahkan. Menguras energi. Akan banyak lubang dan tikungan yang akan kita lahap. Namun, dengan keteguhan hati, semangat, dan niat yang baik serta tentu tidak bakal kita lupakan keikutsertaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Serta apa-apa yang telah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad shallâhu ‘alaihi wa sallam mari berpegang tangan, menatap tujuan mulia menuju firdausNya. Bismillah. Tetap berpikir positif dan husnudzon kepada Allâh subhanahu wa ta'ala.
Sampai saat ini, bermacam-macam buku, artikel, esai dan kutipan-kutipan tentang cinta telah banyak kubaca. Petuah, nasehat, wejangan tentang cinta pun telah banyak masuk ke telingan dan telah kukurung dalam hatiku. Namun, tak kunjung puas pula hatiku tentang cinta itu. Ingin lagi dan lagi.
Aku tak ingin roman berbalas kata cinta karena dirasuki rindu itu hanya kita nikmati dikala masa “zona aman” ini. Aku ingin bisa terus menghadirkan kata-kata cinta hingga mulutku tak mampu lagi bicara dan tanganku telah lemah menganggkat pena. Selamanya, kala bersanding denganmu yang ingin aku keluarkan dari mulutku adalah sesuatu yang akan mengembirakan hatimu. Bukan hal yang akan menghunjam hatimu dengan tajamnya lidahku. Dan, ketika tangan ini bergerak adalah membuat tenang dirimu. Bukan membuat bekas memar di tubuhmu. Telah aku haramkan atas diriku untuk menyakitimu. Baiti Jannati, begitu kata Kanjeng Nabi Muhammad shallâhu ‘alaihi wa sallam. Menciptakan miniatur surga di rumah. *mbayangne tok we wes seneng*
Ya Allah, aku memohon dengan sangat akan keinginanku ini untuk engkau kabulkan. Bukankah Engkau sangat menyukai hambaMu yang berbuat baik? Ini hambaMu sedang memohon kebaikan dan ingin selalu Engkau beri taufiq untuk berbuat kebaikan.
Agaknya engkau setuju dengan apa yang aku tulis ini, doakan aku. Aku tak punya kontrol atas diriku. Aku adalah milikNya, begitu pun juga engkau, kekasih. Mari kita berdoa sama-sama, agar kita berdua dijadikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa menjadi burung yang gagah nan cantik lengkap dengan dua sayap yang tangguh. Untuk terbang menuju kepada Tuhan yang Maha Cinta itu. Mengharap agar diridhoi serta terselimuti oleh rahmatNya.
Ala hadiniyah wa kulli niatin Sholihah Wa ila Hadrotinnabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam al-Fatihah!

Adziz bin Gino
Sukoharjo, 18 Maret 2015
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar