Hanya secangkir kopi yang menemaniku menyusuri malam yang begitu kelam
ini. Hah. Betapa tidak kelam coba. BBM muk
contreng. Perut laper. Padahal paginya rencana mau puasa Rajab.
Bajindulnya lagi, sudah susah
payah menerjang tirai hujan. Beli dua bungkus mie instan. Sudah aku persiapkan
semua: sebungkus mie instan yang sudah kubuka, sebungkus lagi aku simpan
untuk sahur. Aku ambil sedikit mie yang tercecer, lalu ku-klethusi sambil merajang cabe rawit, membersihkan telor, menyiapkan
mangkuk.. Lalu klek! Ceklek! Ceklek! Pukimaaaaak! Gas habis!
Dengan wajah seperti kedelai bego, mie instan
aku makan metah sambil menyimpan rasa gontok. Ditambah lagi mangkelnya hati karena BBM masih saja
istiqomah contreng. Munyuk!
19 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar