Sabtu, 18 April 2015

Secuil Tentang Janji



Pernah tidak sih kalian merasa tenang-tenang saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa, padahal baru saja kalian tidak memenuhi janji yang telah kalian lontarkan pada orang lain karena sesuatu hal. Yang ndilalah orang yang kalian lontari janji itu tak pernah menanyakannya atau pun mengungkit-ungkitnya?

Bukankah lebih bijaknya, ya, minimal memberikan klarifikasi sebelum tet waktu pas janji itu mestinya kita ada atau datang. Atau, secuil klarifikasi sesudah waktu tet janji itu terlewat.

Kita tidak pernah tahu pasti apa yang menyebabkan orang yang kita lontari janji itu tidak pernah menanyakan atau mengungkit-ungkitnya. Tapi, mbok ya ada rasa perkewuh sedikitlah. Grundel kenapa janji itu tidak terpenuhi itu pasti lho. Lha wong terlambat sedikit saja kita disuruh lari keliling lapangan oleh guru kita waktu sekolah. Heuheu.


Mungkin, kita husnudzon saja. Kenapa kok orang yang kita lontari janji itu tidak pernah menanyakan atau mengungkit-ungkitnya. Karena, pertama, hatinya sudah legowo dan memaklumi, bawasannya ada urusan yang lebih penting dari janji yang kita lontarkan itu. Dan untuk memberi klarifikasi dia tahu kalau kita tiada pulsa atau kuota, untuk sekedar BBM, WA, atau SMS. Walaupun, saat menunggu kita, hatinya berperang sangat hebat untuk menyingkirkan su’udzon kepada kita. Wah, orang seperti ini begitu tangguh hatinya, karena selalu menang melawan rasa su’udzon. Dan tentunya, orang seperti ini sulit ditemukan.

Kedua, kenapa kok orang yang kita lontari janji itu tidak pernah menanyakan atau mengungkit-ungkitnya. Mungkin, ini mungkin lho ya, besar harapanku ini salah. Sudah bosan. Ya, bosan. Karena terlalu sering kita menghujani janji kepada orang itu, namun banyak dari janji itu adalah bualan belaka.

Ini sebetulnya berbahaya. Sangat berbahaya. Karena bila itu keseringan atau malah kita istiqomah. Wah, bisa-bisa, antara janji tenanan atau guyonan sudah dianggap sama saja olehnya.

Ya Allah, jadikan kami yang lemah ini dengan kekuatanmu bisa menepati segala janji. Aamiin. Untuk diriku, Adziz tetap kecil saja.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar