Jumat, 17 April 2015

Secuil Tentang Tulisan



Kenapa saya lebih memilih berkara lewat tulisan daripada lukisan atau bentuk visual lainnya. Yah, karena tulisan lebih to the point. Menjurus. Tidak bertela-tele, leda lede. Macam siput berjalan namun di ikat cangkangnya pada tiang. Huaaaa, ok ini lebay.
Tulisan saya pilih karena keaslian perasaan penulisnya benar-benar berasa. Maksud dan tujuan tulisan lebih mudah di cerna untuk semua kalangan. Bahkan untuk orang-orang seperti saya yang masih begitu pekok. Lebih mudah rasanya menerjemahkan isi tulisan daripada menerjemahkan isi lukisan.
Kita tengok kebelakang, bagaimana orang-orang terdahulu begitu dikenal namannya, walaupun banyak diantara beliau-beliau hidup di jaman yang belum terjamah oleh kamera. Masih sedikit yang bisa melukis, atau memang beliau tidak mau dilukis.

----------------------
Ini bukan berarti lukisan dan bentuk visual lainnya tidak bagus. Bukan. Ini hanya melihat masyarakat sekitar yang notabene masih begitu awam. Sedikit yang dapat mendapatkan predikat kurator.
Seharusnya kita berbaik hati, bawasannya yang tersimpan dalam hati tidak semua orang bisa mengerti dan memahami. Kita sendiri yang harusnya menjelaskan maksud dan tujuannya sebenarnya. Dan tulisanlah yang harusnya menjadi pilihan utama, dilanjutkan anda mau melukis atau berkirim emoticon.
Dengan mendahulukan tulisan dari pada lukisan, akan mempermudah seseorang untuk memahami apa yang akan anda lukis. Emoticon apa yang anda kirimkan. Bisa saja kan, anda akan melencengkan arti lukisan itu dari arti yang sebenernya?
“Itu artinya sebenernya begini, begitu, bla bla bla...”
“Eh, maaf, aku salah pencet, bla bla bla ...”
Namun tidak untuk tulisan, yang tertulis itulah yang ada. Yang nyata. Apa adanya. Das, dis, dus, pokonya.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar