Selasa, 16 September 2014

Kau Bisa Berencana Menikah dengan Siapa Saja, Tapi Kau Tak Bisa Berencana Cintamu Untuk Siapa

Di Kufah, hiduplah seorang pemuda berparas tampan. Ia rajin beribadah dan sungguh-sungguh dalam bekerja. Ia juga termasuk salah seorang ahli zuhud. Suatu ketika, ia singgah beberapa waktu di perkampungan kaum Nukha’. Lalu tanpa sengaja ia melihat seorang wanita muda yang cantik.
Ia tertarik kepadanya. Rupanya, hal yang sama dialami wanita muda tersebut. Pemuda ini lalu mengirim utusan untuk melamar wanita muda kepada ayahnya namun sang ayah memberitahukan bahwa dia telah dijodohkan dengan anak pamannya (sepupunya). Kondisi ini membuat keduanya begitu tersiksa.
Lalu si wanita mengirim utusan kepada si pemuda ahli ibadah tersebut berisi pesan berikut ini:
 “Saya sudah mendengar bahwa kecintaanmu kepadaku teramat dalam. Tentu ini adalah cobaan berat bagiku. Jika berkenan, aku akan mengunjungimu atau aku permudah jalan bagimu untuk datang ke rumahku.”
Lantas pemuda itu berkata kepada utusannya itu, “Dua-duanya tidak akan aku lakukan.” Dia kemudian membacakan firman-Nya, “Sesungguhnya aku takut siksaan pada hari yang agung jika berbuat maksiat kepada Rabbku. (QS. al-Zumar:13). Aku takut api yang lidahnya tidak pernah padam dan jilatannya tak pernah diam.”
Setelah mendapatkan pesan itu, si wanita muda itu kemudian meninggalkan gemerlap dunia, membuang semua hal yang terkait dengannya, mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu, dan bersungguh-sungnguh dalam ibadah. Sekalipun demikian, dia masih hanyut dan menjadi kurus-kering karena cintanya terhadap si pemuda serta perasaan kasihan terhadapnya hingga akhirnya dia meninggal dunia karena memendam rasa rindu yang teramat sangat kepadanya.
Sang pemuda tampan pun sering berziarah ke kuburnya. Suatu malam, dia melihat si wanita dalam mimpi seolah dalam penampilan yang amat bagus, seraya berkata kepadanya, “Bagaimana kabarmu dan apa yang engkau temukan setelahku?”
Sang pemuda menjawab, “Sebaik-baik cinta adalah cintamu wahai kekasih. Cinta yang menggiring kepada kebaikan dan berbuat baik.”
Kemudian pemuda itu bertanya lagi, “Ke mana kamu akan tinggal?”
Dia menjawab, “Menuju kenikmatan hidup yang tiada habisnya. Di surga nan kekal, tempat yang tak pernah punah.”
Sang pemuda berkata lagi kepadanya, “Ingat-ingatlah aku di sana karena aku tidak pernah melupakanmu di sini.”
Si wanita menjawab, “Demi Allah, akupun demikian. Aku telah memohon kepada Rabb-ku. Kemudian Dia menolongku atas hal itu dengan kesungguhan.”
Sebelum wanita itu berpaling, aku berkata kepadanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Dia menjawab, “Engkau akan mendatangi kami dalam waktu dekat.”
Rupanya benar, pemuda itu hidup tidak lama lagi setelah mimpi itu, hanya tujuh malam. Dan, setelah itu, dia berpulang ke Rahmatullah. Semoga Allah merahmati keduanya.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar