Rabu, 08 Oktober 2014

GULA

Hari ini, Selasa 7 Oktober 2014 tepat pukul 23.44 WIB, sepulang dari Futsal brsama kawan-kawan aku menyempatkan diri untuk ke warnet tempat kawanku bekerja, untuk menorehkan isi Cerita Malam beberapa hari lalu yang belum sempat aku tuliskan dalam blog ini, sebenarnya masih banyak Cerita malam yang berserakan di buku catatanku. Mungkin waktu waktu yang akan datang, InSyaa Allah.

Disebuah malam tanggal 2 Oktober 2014, tepat jam 23.05 setelah mendengarkan kajian Al Hikam dari Radio tua coklat peninggalan Alm. Kakek aku mulai menuliskan cerita ini. Cerita dari sebuah pemikiran dari insan faqir ilmu. Sembari meracik kopi dalam sebuah cangkir bergambar kodok, satu persatu bahan penikmat minuman geli pahit itu aku satukan. Gula, yah gula butiran kecil kecil putih yang sanggup memaniskan hitam kelam kopi dalam seduhan air panas. Yang sanggup memaniskan jenis makanan atau minuman apapun sesuai selera.


"Ah, bisakah aku seperti gula ini?" gumamku dalam hati.

"Benda yang bisa memaniskan seluruh minuman dan makanan, tapi bisa juga menyebabkan sebuah penyakit mematikan", lanjut gumamanku sembari terus mengaduk seduhan air kopi yang mengepul asapnya membawa harum kopinya.

Sambil menaruh sendok kecil pengaduk air kopi batiku kembali bertanya pada diriku sendiri "Eh, jadi apakah aku ini? aku akan jadi pemanis atau pembawa penyakit bagi orang lain?". "Apa yang telah sudah ku perbuat untuk orang-orang sekitarku?". Dan kala angin malam menghadirkan suasana dingin yang membelai dengan halusnya disekujur tubuh, aku mulai mengangkat tanganku. "Ya Allah, semua tentang kebaikan yang telah aku lakukan, kalau ada, hilangkan dari ingatanku agar aku luput dari rasa berjasa. Tapi setiap kejahatan/keburukan yang telah aku lakukan kepada orang lain tolong jangan Engkau hilangkan, supaya hamba bisa terus memperbaikinya. Aamiin". Ku tutup doaku dengan pembacaan Surah Al Fatihah seperti yang di ajarkan oleh para Habaib dan Kyai.

Ya aku sedang belajar untuk menghilangkan semua ingatanku tentang kebaikanku pada orang lain. Belajar menjadi Gula.Gula yang menjadi pemanis keadaan, dimanapun dan kapanpun. Kenapa? coba aku pikirkan sejenak, ketika terus mengungkit-ungkit tentang kebaikan yang aku lakukan, itu mungkin akan menjadi pemanis 1 atau 2 kali, tapi jika terus menerus aku ungkit, "Aku pernah melakukan ini padamu, begini, begitu, begini, begitu, yang artinya sama saja aku menambah dosis Gula dalam asatu gelas, dana apa hal yang terjadi minuman itu tidak akan jadi diminum karena terlalu manis dan jika nekat diminum akan cepat menimbulkan penyakit. Dan akhirnya minuman itu ditinggalkan atau malah dibuang tanpa arti. 

Dan akhirnya aku menasehati diriku sendiri, "Ketika seseorang sudah bahagia dengan sekitarnya, lewat ilmu Allah yang diturunkan kepadamu, janganlah engkau masuk campuri lagi dengan pengakuanmu. Fokuslah dalam dirimu untuk menghilangkan pengakuanmu."


Adziz bin Gino
Daplangu, 02 Oktober 2014
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar