Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz Ia dilahirkan pada hari senin, 27 Mei 1963 M [Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383]. Adalah seorang ulama dunia era modern. Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana ia mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa
dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen ia. Ia
masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya
sehingga ia meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai
negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.
Kehidupan awal
Ia terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad[2]. Ia dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim[2]. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam[2]. Ia secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal[2]. Demikian pula kedua kakek ia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya[2].Nasab.
Ia adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.Masa Kecil [2]
Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar, As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Al-Habib Umar bin Hafidz BSA |
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum ia mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Dikirim ke kota Al Bayda [2]
Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan ia dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan ia. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji ia terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha ia yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.
Perjuangan Da'wah
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi ia mulai berkumpul mengelilingi ia dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan ia dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, ia mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada ia perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri ia terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.Ibadah haji
Tak lama setelah itu, ia melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, ia diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga ia dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula ia diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.Awal dikenal dunia [2]
Setelah Perjalanan ke Hijaz nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha ia dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran ia, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku ia yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama ia tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, ia meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran ia mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran pada masa depan.
Pulang ke Tarim
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah[2]. Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, Al Habib umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan membangun Dar-al Musthafa/Pondok Pesantren Darul Musthafa[4]. Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan :- Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka(talaqqi) dan para pengajarnya adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.[4]
- Menyucikan diri dan memperbaiki akhlaq[4]
- Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang dirihai Allah swt dan sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW serta para salafunassahlihin[4]
Dakwah di Indonesia
Al Habib Anis Al Habsyi dan Al Habib Umar bin Hafidz |
Dakwah ia juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia[1]. Masyarakat menyambut ia dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakek ia yang kedua, Al Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwah ia yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dan kakek ia Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua muda[1].
Di Indonesia Al Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian Agama Indonesia meminta pembuatan kerjasama dengan Al Habib Umar dan Dar-al Musthafa untuk pengiriman Sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya para kiai pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan dibawah bimbingan langsung Al Habib Umar[1]. Sampai saat ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang ia pimpin, Dar-al Musthafa di Hadhramaut, dan telah melahirkan banyak da’i-da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah di Indonesia[1].
Penghargaan Internasional
The Second Muslim Catholic Forum 2011, at the Baptism Site, Jordan |
- Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di Dar-al Musthafa, Tarim ia merintis upaya persatuan dalam aktifitas dakwah, dengan mengadakan multaqa ulama atau simponsium yang dalam pertemuan itu di hadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan berikutnya diberbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional[6]
- Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549[7], dan A Common Word (bahasa Inggris: A Common Word Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42[8], yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim dunia, termasuk di antaranya beberapa pemimpin Muslim Indonesia[6]
- Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.
- Tahun 2009, New York Times menampilkan Al Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaannya[6]
- Al Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim 500: The Wordl's 500 Most Influential Muslims(bahasa Inggris: The 500 Most Influental Muslims), yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University(bahasa Inggris: Georgetown University), Amerika Serikat, yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito[6][9](bahasa Inggris: John Esposito).
Wasiat dan Nasihat
- Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu, niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah[10]
- Barang siapa semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut kepada-Nya.[10]
- Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia akan menjadi orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia tidak akan menjadi orang yang beruntung.[10]
- Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Yaitu Allah swt dan Rasul-Nya), maka kematian itu merupakan hari raya baginya.[10]
- Barang siapa percaya dan yakin pada risalah diutusnya Nabi Muhammad saw, maka ia akan mengabdi dan menannggung sabar karenanya. Dan barang siapa percaya yang membenarkan risalah kerasulan Muhammad saw, maka ia akan mengorbankan harta dan jiwa untuknya.[10][11]
- Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah saat orang tersebut berada di alam dunia.[11]
- Betapa anehnya penduduk bumi ini, semua yang berada di bumi ini adalah pelajaran, namun mengapa mereka tidak mau belajar darinya. Kukira tidak ada sejengkal tanahpun di muka bumi, kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.[11]
- Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.[11]
- Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia sama sekali tidak akan sampai pada Tuhannya. Ketahuilah bahwa kedekatan manusia terhadap Allah swt menurut kadar kebersihan jiwanya.[11]
- Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.[12]
- Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu, kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.[12]
- Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat Arsy(singgasana Allah swt) dan seisinya seribu kali.[12]
- Menyatunya seorang murid dengan gurunya, merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW, merupakan permulaan untuk lupa kepada yang selain Allah swt[12]
- Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan. Golongan pertama adalah, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud. Sedangkan golongan kedua adalah, golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.[12][13]
- Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.[13]
- Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat, yang mana apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat kepala dari sujudnya.[13]
- Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i(menyampaikan apa yang kita ketahui) dan tidak harus menjadi qodli(hakim/orang yang memutuskan suatu perkara dalam agama) ataupun mufti (orang yang memberikan fatwa)[13]
- Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah swt dan dari keberpalingan kembali menuju Allah swt, serta dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik[13]
- Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah pula yang menjaga kekasih-kekasih-Nya.[14]
- Apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka ringanlah semua kebiasaan baginya dan akan keluar keagungan kebiasaan dari dirinya.[14]
- Apabila benar keluarnya seseorang di dalam berdakwah, maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.[14]
- Keluarkanlah rasa takut kepada makhluk dari dalam hatimu, niscaya engkau akan tenang dengan rasa takut kepada Sang Khaliq (Allah swt yang Maha Pencipta). Dan keluarkanlah rasa berharap pada makhluk dari dalam hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan hanya berharap pada Sang Khaliq.[14]
- Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah swt dan merupakan tanda-tanda dari lemahnya keimanan seseorang.[14]
- Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya(Tadabbur) dan bangun diwaktu malam(untuk mengisi kemuliaan diwaktu malam dengan berbagai ibadah yang mendatangkan keridhaan Allah swt).[15]
- Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).[15]
- Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.[15]
- Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis dalam keheningan malam.[15]
- Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah swt, maka Allah swt akan memenuhi hatinya dengan rahmat-Nya di setiap waktu.[15]
- Janganlah urusan dunia kita mengalahkan urusan akhirat kita.[16]
- Carilah dunia sebanyak mungkin, namun janganlah urusan duniamu mengalahkan urusan akhiratmu.[16]
- Selalulah bersyukur kepada segala pemberian Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Contoh yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Seperti menjilati tangan sehabis makan adalah salah satu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah swt.[16]
- Tidak menyisakan nasi dalam piring bidangan kita juga merupakan bentuk rasa syukur kita, mengambil sebutir nasi yang terjatuh dari piring kita untuk dimakan adalah juga suatu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah swt.[16]
- Kita harus bersyukur walau hanya dapat makan dengan nasi putih saja. Karena Allah swt telah berfirman: "Barangsiapa bersyukur atas nikmat-Ku, maka Aku akan tambahkan nikmat kepadanya"(QS.Ibrahim-14:7). Wahai para hadirin, kata"Aku" disini adalah Allah, jadi Allah sendiri yang akan menambahkan dan memberi tambahan nikmat-Nya atas orang yang mau bersyukur.""[16]
- Sungguh agung dan suci anugrah-Nya. Dikatakan bahwa barangsiapa yang taat dan patuh kepada Allah, maka memerintahkan dunia untuk tunduk dan mendatanginya serta melayani hamba-Nya itu.[17]
Daftar Kitab Karangan
Al Habib Umar juga merupakan ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan Ia adalah :
- Is'af at Thalibi[1][18]
- Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq[18]
- Taujihat at-Thullab[1][1][18]
- Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi[18].
- adz-Dzakirah al-Musyarrafah(Fiqih)[1][3][18]
- Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi'(Maulid Nabi Muhammad SAW)[1][3][18]
- Khuluquna[1]
- Khulasoh madad an-nabawiy(Dzikir)[1][3]
- Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur[1]
- Taujihat nabawiyah[1]
- Nur aliman(Aqidah)[1][3]
- Almukhtar syifa alsaqim[1]
- Al washatiah[1]
- Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’[1]
- Muhtar Ahadits (Hadits)[3]
- Durul Asas (Nahu)[3]
- Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)[3]
Kitab Maulid adh-Dhiya' al-Lami' merupakan karya Al Habib Umar paling
monumental yang berisi syair pujian terhadap Rasulullah SAW, ummat
islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini, yang juga
mengenalnya dengan Maulid Al Habib Umar[18].
Sejarah Maulid Adh Dhiya Ulami
Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang). Kitab yang disusun oleh Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad Al-Hafizh ini merupakan Kitab Maulid mutakhir.
Disuatu malam Al Musnid Habib Umar bin Hafidh memanggil salah seorang
muridnya, lalu diperintahnya membawa pena dan kertas, seraya berkata : "Tulis..”, lalu ia mengucapkan maulid dhiya’ullami itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.
Maulid ini mulia, karena angka angkanya disebutkan menuliskan sejarah
Nabi SAW, bait-bait shalawat pembukanya berjumlah 12 yang melambangkan
kelahiran Nabi SAW yg tanggal 12 rabiul awal.
Alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Alfath, surat
Attaubah dan Surat Al Ahzab. 3 surat ini melambangkan kelahiran Nabi Saw
adalah pada bulan tiga, yaitu rabiul awal, alinea pertama hingga Qiyam
jumlahnya 63 yaitu melambangkan usia Nabi SAW 63 tahun, maulid ini
angka-angkanya memperhitungkan sejarah Nabi SAW, tahun Hijrah Nabi SAW,
jumlah sahabat dll.
Al Habib Umar yang ahli dalam bahasa, syairnya bukan hanya Maulid
Dhiya’ullami’, namun lebih dari seribu alinea syair telah diterbitkan
dari ucapan ia, dengan jumlah yang mencapai ratusan ribu bait.
Ia digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits ia
mampu ataupun hafal menyebut sanadnya hingga Nabi SAW atau
kutubusshahih.
Sekelumit Kisah tentang KEMULIAAN ALHABIB UMAR BIN HAFIDZ
ini adalah pengalaman saya yg tak terlupakan tentang Alhabib umar bin hafidz
waktu itu pertengahan april 1994 musim dingin ditarim hadramaut mulai menyapa kami yg memang kami belum terbiasa dgn dinginnya cuaca tarim ketika musim dingin . Alhabib umar pun telah menyiapkan untuk kami para santrinya dari indonesia yg waktu itu sangatlah manja sebuah selimut tebal yg mahal . masing masing dari kami mendapatkan satu selimut
kisah pun bermula
seperti biasa selepas asar kami dan Alhabib umar menuju kota tarim untuk menghadiri rauhah dan maulid dikota tsb. selepas acara kami pun kembali kekediaman Alhabib umar dikota Aidid. biasanya kami pulang larut malam. dan karena pada waktu itu Alhabib umar hanya memiliki 1 mobil maka kami pun selalu berebutan untuk menaiki mobil tsb. terkadang mobil nisan patrol tsb dimuat oleh 20 orang lebih sehingga penuh didalam dan diatas mobil. kami berebut karena memang jika kami tdk dapat tempat dimobil tsb terpaksa kami akan pulang dgn berjalan kaki yg berjarak 5 kilo kurang lebih.
saya dan dua teman saya pada waktu itu kurang beruntung . kami bertiga berjalan kaki untuk pulang kerumah Alhabib umar . sesampainya kami ditempat habib umar kami mendapati teman2 kami yg lain telah mendapatkan selimut yg tebal yg baru saja dibagikan oleh habib umar. kami pun bergegas menemui habib umar . tapi lagi2 kami kurang beruntung karena selimutnya telah habis. habib umar mengatakan bahwa toko penjual selimutnya kehabisan stok dan berjanji akan memenuhi kekurangannya besok pagi . kami pun pamit kepada beliau untuk tidur. tp sebelum kami pergi habib umar menyuruh kami untuk menunggu . kami pun menunggu habib umar yg masuk kedalam rumahnya. beberapa saat kemudian habib umar pun keluar dgn membawa beberapa selimut tipis dan lusuh dan membagikannya kepada kami bertiga . kami pun menerima selimut itu tanpa pikir panjang lalu kami pun pulang menuju asrama yg berada tepat dibelakang rumah habib umar . kami pun membagi bagikan selimut tipis dan lusuh pemberian habib umar . yg berjumlah 2 selimut besar dan 3 selimut kecil untuk kami bertiga .
baru saja kami meluruskan badan untuk tidur terdengar tangisan bayi yg tak henti hentinya yg kami yakin itu adalah tangisan anak Alhabib umar yg masih bayi pada waktu itu. kami pun sempat bertanya tanya dalam hati kenapa bayi itu menangis sepanjang malam . sambil tetap berusaha untuk memejamkan mata. menjelang subuh suara tangisan bayi pun berhenti . mungkin karena kelelahan menangis sepanjang malam. kami pun bergegas menuju ke masjid aidid yg terletak persis didepan rumah habib umar sambil membawa kitab nahwu yg akan kami pelajari setelah shalat subuh dibawah bimbingan langsung habib umar. setelah selesai belajar nahwu kami pun pulang keasrama kami . dipertengahan jalan kami bertemu dgn habib salim anak dari Alhabib umar bin hafidz yg waktu itu masih berusia 6 thn kami pun menyapa dan bertanya .. wahai salim mengapa adik bayimu menangis tak henti hentinya tadi malam? apakah dia sakit? habib salim pun menjawab tidak , adikku tidak sakit. lalu apa yg membuatnya menangis ? dengan keluguannya salim pun menjawab .. mungkin karena kedinginan , karena semalam kami sekeluarga tidur tanpa selimut..
bagai tersambar petir kami terkejut mendengar ucapan polos tsb kami pun berlari menuju asrama untuk mengambil selimut lusuh yg ternyata milik keluarga habib umar yg beliau berikan kepada kami dan beliau sekeluarga rela tidur tanpa selimut di dinginnya malam kota tarim demi anak2 muridnya . kami kembalikan selimut tsb kepada habib umar sambil membendung air mata dan tanpa tahu harus berkata apa . dengan senyum dan seolah2 tak terjadi apa apa habib umar menerima selimut dari kami dan menggantikan selimut tsb dgn yg baru, yg baru saja dikirim oleh pemilik toko.. kami pun kembali keasrama tanpa dapat membendung lagi air mata kami yang melihat kemuliaan yg beliau berikan kepada kami. sambil berkata didalam hati .. ya allah ternyata diabad ini masih ada org yg berhati begitu mulia seperti beliau. terimakasih ya ALLAH yg telah mempertemukan aku dgn manusia mulia dikehidupanku ini.
waktu itu pertengahan april 1994 musim dingin ditarim hadramaut mulai menyapa kami yg memang kami belum terbiasa dgn dinginnya cuaca tarim ketika musim dingin . Alhabib umar pun telah menyiapkan untuk kami para santrinya dari indonesia yg waktu itu sangatlah manja sebuah selimut tebal yg mahal . masing masing dari kami mendapatkan satu selimut
kisah pun bermula
seperti biasa selepas asar kami dan Alhabib umar menuju kota tarim untuk menghadiri rauhah dan maulid dikota tsb. selepas acara kami pun kembali kekediaman Alhabib umar dikota Aidid. biasanya kami pulang larut malam. dan karena pada waktu itu Alhabib umar hanya memiliki 1 mobil maka kami pun selalu berebutan untuk menaiki mobil tsb. terkadang mobil nisan patrol tsb dimuat oleh 20 orang lebih sehingga penuh didalam dan diatas mobil. kami berebut karena memang jika kami tdk dapat tempat dimobil tsb terpaksa kami akan pulang dgn berjalan kaki yg berjarak 5 kilo kurang lebih.
saya dan dua teman saya pada waktu itu kurang beruntung . kami bertiga berjalan kaki untuk pulang kerumah Alhabib umar . sesampainya kami ditempat habib umar kami mendapati teman2 kami yg lain telah mendapatkan selimut yg tebal yg baru saja dibagikan oleh habib umar. kami pun bergegas menemui habib umar . tapi lagi2 kami kurang beruntung karena selimutnya telah habis. habib umar mengatakan bahwa toko penjual selimutnya kehabisan stok dan berjanji akan memenuhi kekurangannya besok pagi . kami pun pamit kepada beliau untuk tidur. tp sebelum kami pergi habib umar menyuruh kami untuk menunggu . kami pun menunggu habib umar yg masuk kedalam rumahnya. beberapa saat kemudian habib umar pun keluar dgn membawa beberapa selimut tipis dan lusuh dan membagikannya kepada kami bertiga . kami pun menerima selimut itu tanpa pikir panjang lalu kami pun pulang menuju asrama yg berada tepat dibelakang rumah habib umar . kami pun membagi bagikan selimut tipis dan lusuh pemberian habib umar . yg berjumlah 2 selimut besar dan 3 selimut kecil untuk kami bertiga .
baru saja kami meluruskan badan untuk tidur terdengar tangisan bayi yg tak henti hentinya yg kami yakin itu adalah tangisan anak Alhabib umar yg masih bayi pada waktu itu. kami pun sempat bertanya tanya dalam hati kenapa bayi itu menangis sepanjang malam . sambil tetap berusaha untuk memejamkan mata. menjelang subuh suara tangisan bayi pun berhenti . mungkin karena kelelahan menangis sepanjang malam. kami pun bergegas menuju ke masjid aidid yg terletak persis didepan rumah habib umar sambil membawa kitab nahwu yg akan kami pelajari setelah shalat subuh dibawah bimbingan langsung habib umar. setelah selesai belajar nahwu kami pun pulang keasrama kami . dipertengahan jalan kami bertemu dgn habib salim anak dari Alhabib umar bin hafidz yg waktu itu masih berusia 6 thn kami pun menyapa dan bertanya .. wahai salim mengapa adik bayimu menangis tak henti hentinya tadi malam? apakah dia sakit? habib salim pun menjawab tidak , adikku tidak sakit. lalu apa yg membuatnya menangis ? dengan keluguannya salim pun menjawab .. mungkin karena kedinginan , karena semalam kami sekeluarga tidur tanpa selimut..
bagai tersambar petir kami terkejut mendengar ucapan polos tsb kami pun berlari menuju asrama untuk mengambil selimut lusuh yg ternyata milik keluarga habib umar yg beliau berikan kepada kami dan beliau sekeluarga rela tidur tanpa selimut di dinginnya malam kota tarim demi anak2 muridnya . kami kembalikan selimut tsb kepada habib umar sambil membendung air mata dan tanpa tahu harus berkata apa . dengan senyum dan seolah2 tak terjadi apa apa habib umar menerima selimut dari kami dan menggantikan selimut tsb dgn yg baru, yg baru saja dikirim oleh pemilik toko.. kami pun kembali keasrama tanpa dapat membendung lagi air mata kami yang melihat kemuliaan yg beliau berikan kepada kami. sambil berkata didalam hati .. ya allah ternyata diabad ini masih ada org yg berhati begitu mulia seperti beliau. terimakasih ya ALLAH yg telah mempertemukan aku dgn manusia mulia dikehidupanku ini.
KETIKA AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ BSA LEBIH MEMILIH JANDA
i
beliau yang masih muda dan perawan. Dan pilihan kedua adalah putri beliau yang
sudah berstatus janda. Tanpa pikir panjang, al-Habib Umar pun memilih putri gurunya
itu yang sudah berstatus janda.
Ketika
Sang Guru menanyakan apa yang menyebabkannya menentukan pilihan itu,
al-Habib Umar pun menjawab: “Aku ingin ditemani oleh seseorang yang telah memiliki pengalaman di dalam menjalani kehidupan, karena suatu saat nanti aku akan membawa beban yang cukup berat (perjuangan dakwah). Dan satu lagi yaitu, aku ingin mengikuti apa yang dilakukan oleh Kekasihku Muhammad al-Musthafa Saw.”
al-Habib Umar pun menjawab: “Aku ingin ditemani oleh seseorang yang telah memiliki pengalaman di dalam menjalani kehidupan, karena suatu saat nanti aku akan membawa beban yang cukup berat (perjuangan dakwah). Dan satu lagi yaitu, aku ingin mengikuti apa yang dilakukan oleh Kekasihku Muhammad al-Musthafa Saw.”
Rasulullah
Saw. ketika menikahi Sayyidah Khadijah Ra. berumur 25 tahun dan Sayyidah Khadijah
Ra. sudah berstatus janda.
Sumber:
www.id.wikipedia.com
www.pustakamuhibbin.com
https://sites.google.com/site/majelismahbbah/sekelumit-kisah-tentang-kemuliaan-alhabib-umar-bin-hafidz
0 komentar:
Posting Komentar