Grand Shaykh Nazim Adil Haqqani merupakan Mursyid ke-40 dalam mata
rantai Thariqah Naqshbandi al-Haqqani, setelah Shaykh Abdullah Faiz
Ad-Daghestani (q), 'Damaskus. Beliau dilahirkan di Larnaka, Cyprus
hari Ahad, pada tanggal 23 April 1922 (28 Sya ban 1340 h). Dari jalur
Ayahnya beliau adalah keturunan dari As Sayyid Shaykh Abdul Qadir Al
Jailani, Qutub Thariqah Qadiriah. Sedangkan dari Ibunya beliau keturunan
dari Mawlana Jalaluddin Rumi, yang juga keturunan dari Hassan-Husein,
cucu Nabi Muhammad SAW.
Dari Ayahnya beliau menerima Thariqah
Qadiriah, dan dari jalur Ibunya beliau menerima Thariqah Mawliah. Sejak
usia belum dewasa beliau telah duduk mengikuti pelajaran dan kegiatan
Thariqah Qadiriah dari Datuknya yang bernama Muhammad Nazim di Siprus
yang pada saat itu adalah Mursyid dan kaligrafer Kesultanan Ottoman.
Disaat Shaykh Nazim Adil masih berusia lima tahun, beliau sering
ditemui Ibunya dikala sedang ber-tafakur di Masjid dan Makam dari Ummu
Hiram (r.a), salah seorang Sahabat Rasul SAW.Setelah menyelesaikan pendidikan sampai ke tingkat SMA di Siprus tahun 1940, Shaykh Nazim melanjutkan studi di University of Istanbul dalam bidang Teknik Kimia. Sebagai mahasiswa terbaik pada saat itu beliau mencapai tingkat kelulusan Doktoral sempurna dengan waktu yang singkat. Di Istambul Shaykh Nazim berguru kepada Shaykh Jamaluddin al-Lasuni, dan Shaykh Sulayman Arzurumi seorang Mursyid Naqshbandiah. Di siang hari Shaykh Nazim menuntut ilmu modern di Universitas, sedangkan malam hari beliau selalu berada dalam majelis Thariqah yang dibimbing oleh Shaykh Sulayman Arzurumi.
Shaykh Nazim Haqqani menuntut ilmu dalam bidang Tafsir Al Qur an dari beberapa Imam dan Mursyid. Beliau kerap ditemui dalam posisi tafakur semalam penuh di Masjid Sultan Ahmad, Istanbul. Khalwat pertama Shaykh Nazim Haqqani dilaksanakan selama satu tahun penuh di Aleppo, Turki. Setiap hari ditugaskan seorang pelayan yang menyuguhkan 7 butir buah Zaitun (olive) dan segelas air. Pada akhir Khalwat tersebut. Mursyidnya berkata bahwa sudah menanti seorang Sultanul Awliya yang akan membimbing Shaykh Nazim, dan Wali Allah tersebut bernama Shaykh Abdullah Faiz Ad- Daghestani (q) dari Damaskus, Mursyid ke-39 dari mata rantai Thariqah Naqshbandiah .
Suatu perjalanan yang panjang dari Istanbul ke Damaskus, Syiria untuk bertemu Shaykh Abdullah Faiz AdDaghestani dilaksanakan dalam kondisi perselisihan antara Prancis yang sedang menduduki Damaskus dan Inggris yang mencoba untuk memasukinya. Dalam perjalanan tersebut Shaykh Nazim berhenti dibanyak lokasi misalnya Masjid dimana terdapat makam para Sahabat, atau Zawiyya, dan berguru kepada para Mursyid yang memang sudah menanti kedatangan Shaykh Nazim.
Diantara dari para Mursyid itu adalah; Shaykh Muhammad Ali Uyun alSud, Shaykh Abdul Aziz Uyun al-Sud (Mufti dari Horns), Shaykh Abdul Jalil Murad dan Shaykh Said as-Suba i (Mursyid Naqshbandiah) , atau Shaykh Munir aI-Malek (Mufti Tripoli). Sampai pada akhirnya dengan cara berlayar, berkendaraan, dan berjalan kaki Shaykh .Nazim Haqqani bertemu dengan Shaykh Abdullah Faiz AdDaghestani di Damaskus, beberapa tahun setekah Shaykh Nazim memulai langkah pertamanya dari IstanbuL
Shaykh Adullah Faiz Ad-Daghestani tinggal di suatu wilayah Damaskus yang penuh dengan peninggalan dan makam para Sahabat, misalnya Bilal al-Habashi (r.a).
Pada saat pertemuan untuk pertama kali, selesainya Bai'at diberikan oleh Shaykh Abdullah Ad-Daghestani kepada Shaykh Nazim Adil, diperintahkanlah beliau untuk kembali ke Siprus. Pada tahun 1952 Shaykh Nazim dinikahkan kepada salah seorang murid dari Shaykh Abdullah Ad-Daghestani, bernama Hajjah Amina Hattun AdiL Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniakan dua putri dan dua putra.
Pada tahun 1955 beliau melaksanakan khalwat pertama dengan petunjuk Shaykh Abdullah Faiz Ad-Daghestani selama enam (6) bulan di Sueileh, Jordania. Segera setelah selesai khalwat di Jordania, Shaykh Abdullah Faiz AdDaghestani atas perintah Nabi Muhammad saw memerintahkan Shaykh Nazim untuk melaksanakan khalwat di Baghdad, Irak, tepatnya di Makam Qutub Al Awliya As Sayyid Shaykh Abdul Qadir AI-Jaelani (q) selama enam bulan.
Dalam satu hari beliau diberikan kekuatan dan berkah dari Illahi Robbi untuk mampu bertahlil (La ilaha illAllah) 124.000 kali, 124.000 shalawat Nabi, disamping selalu konstan membaca kitab Al Qur an dan Dalail al-Khayrat, dan mengucap lafaz Allah 313.000 kali sehari semalam. Sejumlah khalwat beliau laksanakan di beberapa tempat, seperti Makkah, Madinah, Turki dengan jangka waktu yang bervariasi antara 40 hari sampai dua tahun.
Pada tanggal 30 September 1973 (4 Ramadhan 1393 H) Shaykh Abdullah Faiz Ad-Daghestani berpulang ke Rakhmatullah dengan meninggalkan wewenang kepada Shaykh Nazim Adil Haqqani sebagai Mursyid dalam mata rantai Thariqah Naqshbandi, dan sejak itu dikenal dengan nama' Naqshbandi Haqqani.
Di mulai tahun 1974 Shaykh Nazim Haqqani memulai dakwahnya di Eropa, khususnya Inggris (London) dan Jerman. Di seantero Turki, khususnya Siprus sampai saat ini Shaykh Nazim Haqqani dikenal sebagai sebutan Shaykh Qubrusi' atau Shaykh Nazim Yesilbas (Shaykh Nazim yang berturban hijau). Alhamdulillah, sudah ratusan ribu non-muslim bahkan jutaan yang telah disyahadatkan oleh beliau, sekaligus diambil Bai'at sebagai pengikut Thariqah Naqshbandiah bermursyidkan As Shaykh Abdullah Faiz Ad-Daghestani (q) dari Damaskus. Sangat banyak para Ulama dan Ahlul Thariqah saat ini yang meyakini beliau adalah Sultanul Awliya Hadzihiz Zaman. Wa min Allah at Tawfiq, Bihurmati habib, Fatihah.
0 komentar:
Posting Komentar