Maha Suci Allah Dzat yang tidak menjadikan bukti atas para
waliNya, kecuali bukti itu mengarah padanya (karakteristiknya), dan
Allah swt tidak menyambungkan pada mereka
(mengenalkan pada mereka) kecuali pada orang yang dikehendaki untuk sambung kepadaNya.
Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam memasuki ungkapan hikmah ini diawali dengan tasbih kepada Allah Swt, semata karena tiga faktor:
Merasakan keagungan dan kebesaran perkaraNya,
Mengingatkan bahwa para wali Allah itu disucikan melalui penyucianNya.
Merasakan keagungan dan kebesaran perkaraNya,
Mengingatkan bahwa para wali Allah itu disucikan melalui penyucianNya.
Isyarat tidak adanya kesamaan indikator dari ungkapan rasa dan tujuan
ucapan, sebagaimana Allah Swt tidak dikenal kecuali dari yang tampak
dari tindakanNya, begitu juga wali tidak dikenal kecuali dari
sifat-sifatnya yang tampak, juga mengenal wali itu tidak bisa
digambarkan kecuali setelah mengenal Allah Swt, yaitu futuh dari Allah
Swt.
Dalam kitab at-Tanswir, Ibnu Athaillah menegaskan, “Dan hal demikian, dikarenakan iman itu disebabkan oleh keterbukaan dari Allah Swt, sehingga tidak akan ada iman kecuali karena dibuka oleh Allah Swt.”
Wali itu sendiri menurut Syeikh Zarruq r.a. dikenal melalui tiga karakter:
Memprioritaskan Allah Swt.
Berpaling (hatinya) dari makhluk.
Disiplin terhadap Sunnah dengan benar.
Dalam kitab at-Tanswir, Ibnu Athaillah menegaskan, “Dan hal demikian, dikarenakan iman itu disebabkan oleh keterbukaan dari Allah Swt, sehingga tidak akan ada iman kecuali karena dibuka oleh Allah Swt.”
Wali itu sendiri menurut Syeikh Zarruq r.a. dikenal melalui tiga karakter:
Memprioritaskan Allah Swt.
Berpaling (hatinya) dari makhluk.
Disiplin terhadap Sunnah dengan benar.
Abu Ali al-Jurjany mengatakan, “Sang wali senantiasa fana’ dalam ruhaninya, Baqa’ dalam musyahadah kepada Allah Swt, dan Allah Swt memberikan limpahan pengaturan, sehingga cahaya-cahaya kewaliannya melimpah padanya. Kemudian ia tidak memiliki kabar dari dirinya, dan tidak memiliki tempat berteguh kecuali hanya pada Allah Swt. Dan dalam Isyarah dari Allah Swt, bahwa Auliya’ Aku sebut sebagai Auliya’ karena mereka mereka hanya (cinta) kepadaKu, bukan pada yang lain (makhluk) “
Simpulnya sang wali itu senantiasa mendapatkan limpahan ruhani dari Allah Swt, sehingga tak pernah sekalipun meninggalkan Allah Swt untuk selain Allah Swt., lahir maupun batin. Allah Swt, melimpahkan kewalian dan tak pernah menanjak pada yang lainNya, dan karena itulah yang terpenting mereka ini senantiasa dijaga oleh Allah Swt, dan bersambung dengan Allah Swt menurut kadar dan bagian masing-masing.
Siapa pun tidak akan sampai mengenal para wali itu, sepanjang ia
tidak wuquf (perteguh) pada perintah dan menjauhi larangannya, berkait
dengan hasrat dan ruhaninya, karena itu –tidak diragukan lagi– merupakan
kunci wushul pada Allah Swt.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan, “Bersamalah kalian dengan Allah Swt,
bila kalian tidak bisa bersamaNya, bersamalah dengan orang yang bersama
Allah Swt, karena ia menyambungkan dirimu denganNya.”
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily r.a. mengatakan, “Bergabunglah (bergurulah) pada orang yang apabila ia menyebut senantiasa ia mengingat Allah, sesungguhnya Allah Swt mencukupinya ketika ia hadir, dan menjadi Penggantinya ketika ia tidak ada. Ungkapannya adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya merupakan kunci-kunci rahasiaNya.”
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily r.a. mengatakan, “Bergabunglah (bergurulah) pada orang yang apabila ia menyebut senantiasa ia mengingat Allah, sesungguhnya Allah Swt mencukupinya ketika ia hadir, dan menjadi Penggantinya ketika ia tidak ada. Ungkapannya adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya merupakan kunci-kunci rahasiaNya.”
Sumber: sufinews.com
0 komentar:
Posting Komentar