Sebuah pertanyaan yang sungguh menghunjam hati bak lesatan anak panah
dari busur pasoepati sang Arjuna. Seharusnya aku sudah lebih tenang mendengar
pertanyaan itu, karena sudah terlamapau sering dilontarkan oleh orang-orang.
Dan kebanyakan yang melontarkan pertanyaan itu adalah orang yang sedang tak
mengalami apa yang aku alami saat ini. Mayoritas jomblo.
Namun kata hati tak mungkin bisa dibohongi. Tertekan itu pasti. Beban jiwa?
Sudah jangan ditanyai lagi.
Sabar-sabar. Karena aku ingin menikah karena keinginanku sendiri, bukan
karena lelah ditanyai pertanyaan model begituan. Toh saat ini aku sedang
berusaha keras agar segera dapat mengantarkan kepada mereka undangan
pernikahanku.
Lagipula siapa yang bisa menjamin bahwa setelah aku menikah nanti,
pertanyaan orang-orang akan berhenti? Aku yakin justru sebaliknya yang terjadi.
“Kapan nikah?” akan berganti menjadi macam-macam pertanyaan lainnya. Entah itu
pertanyaan soal keturunan, soal rencana memiliki rumah, soal pekerjaan dan
promosi. Tak ada gunanya terpaksa melakukan sesuatu hanya karena
lelah ditanyai.
Haduh-haduh.
0 komentar:
Posting Komentar