Di era digital ini siapa yang tak kenal dengan facebook? Jejaring sosial yang diluncurkan pada bulan Februari
2004. Pada September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna
aktif, lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan
sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin
Moskovitz dan Chris Hughes.
Penggunanya pun dari berbagai kalangan. Dari anak yang masih ingusan,
remaja, dewasa, sampai kakek nenek pun ada. Seperti menurut survei Consumer
Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang
memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga melanggar
persyaratan layanan situs ini.
Sebenarnya sebelum Facebook booming
seperti saat iti, ada jejaring sosial pendahulunya yang bernama friendster. Namun malangnya saat friendster
muncul, dunia maya atau aktifitas menggunakan internet di Indonesia, khususnya
di daerah saya, belum seriuh saat ini. Semua orang masih senang menggunakan
handphone bernada polyphonic, yang tentu saja
layanan akses internet tidak mungkin ada. Warnet pun belum menjamur seperti
sekarang ini.
Untuk
saya sendiri pun kenal dengan internet itu saat saya kelas 3 SMP. Saat itu pun kenalnya
karena ingin buka bokep mengerjakan tugas sekolah. Itu pun om operator
warnetnya harus turun tangan untuk membantu saya. Karena saat itu saya termasuk
orang yang super gaptek. Pertama kali punya handphone saja nunggu sampai
kelas 1 SMK. Bayangkan! Mungkin itu alasan saya untuk memasuki jurusan Teknik
Komputer. *bukan promosi*
----- o o o -----
Setelah
kemunculan facebook, jejaring sosial lainnya ikut bermunculan. Seperti twitter,
google+, instagram, dan seabrek
jejaring sosial lainnya. Dari yang lokal sampai internasional.
Tentu ada
dampak positif dan negatifnya. Pro dan kontra. Semua itu wajar saja terjadi di
dunia ini.
Misalnya
saja, di era digital ini dengan adanya jejaring sosial kita dapat
belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial. Kita akan belajar
bagaimana cara beradaptasi, bersosialisai dengan publik dan mengelola jaringan
pertemanan. Tentu ini hanya di dunia maya. Tapi semoga saja dapat diterapkan di
dunia masyarakat yang nyata. Di lingkungan kita masing-masing.
Kita dapat merasakan kemudahan transaksi jual beli, kecepatan mendapat
informasi di jejaring sosial lewat kamar kita. Walaupun cyber crime menjadi momok menakutkan. Meningkatkan kewaspadaan di
dunia maya perlulah di tingkatkan. Mulai dari diri sendiri tentunya. Kita harus
lihai memilih dan memilah.
----- o o o -----
Mendekatkan yang jauh, menjauhkan
yang dekat.
Itu mungkin sangat cocok dengan keadaan sekarang ini.
Karena kebablasen menggunakan akses internet, khususnya untuk jejaring
sosial, seseorang dapat menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata.
Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Semua itu karena terlalu banyak
berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk beluk berkomunikasi
di kehidupan nyata, seperti bahas tubuh dan nada suara, menjadi berkurang.
Betapa lucunya bila kita sedang ngobrol bertatap muka tapi bicaranya
lewat chat facebook. Balas-balasan mention di twitter. Ah, itu sangat memuakkan
Itulah mengapa agama mempunyai suatu batasan yang bisa digunakan secara
universal, “segala sesuatu yang
berlebihan itu tidak baik.”
Kalau melihat keadaan sekarang, dimana kita sangat membutuhkan segala informasi
secara cepat, mustahil untuk meninggalkan aktifitas di jejaring sosial. Namun, mbok yo diatur secara bijak saat
menggunakan jejaring sosial. Entah itu facebook, twitter, friendster, BBM, atau
yang lainnya. Pokoknya hal yang harus membuat kita menunduk dari memandang
lawan bicara kita itulah jejaring sosial. That’s
it!
"Lho mas, kok BBM ikut nimbrung di
jerjaring sosial? Itu aplikasi messenger, tentu beda dong?"
Ah, sama saja. Sekarang mari saya ajak sedikit berpikir. Apa yang
membedakan facebook dengan BBM?
Penggunaannya? Facebook di komputer, kalo BBM hanya bisa di handphone saja
gitu? Itu mah pandangan secara umum
dan sekilas mata saja.
Facebook memang memiliki sebarek fitur yang tidak di miliki BBM. Tapi saya
yang dulu juga menggunakan BBM menemukan banyak kesamaan.
Misalnya, di fasilitas messenger keduanya punya. Status ada. Beranda nama
di facebook, dan di BBM bernama pembaharuan yang isinya sama halnya beranda di
facebook. Ada foto dan status si penggunanya.
Coba bandingkan lagi, intensitas keluarnya status atau bergantinya foto
profil atau display picture. Dulu, di
kontak saya ada sekitar 60 orang teman, dan di facebook saya ada sekitar 1.000
lebih orang teman. Dari hitungan per menit, keduanya mengeluarkan update status
yang hampir sama. Malahan kadang lebih banyak yang di pembaharuan kontak BBM saya.
Sama saja bukan?
Mungkin ini disebabkan karena BBM memang kodratnya dipakai seperti itu. Bisa
juga karena orang sudah bosan menggunakan facebook lalu beralih ke BBM. Karena BBM
lebih cepat dan ringan digunakan di handphone. Juga karena sekarang fitur BBM
tidak cuma bisa dinikmati di handphone khusus Blackberry saja, namun sekarang semua handphone smartphone telah dapat mengunduhkan menginstal aplikasi BBM.
Jadi, kalau kita hanya mandeg
aktifitas di facebok tapi masih ngepoin
pembaharuan dan gonta-ganti DP di BBM tentu itu belum bisa dikatakan kita telah
berhasil mengurangi aktifitas di dunia maya atau di jejaring sosial. Lha wong podo wae.
Ini hanya hasil pemikiran saya yang belum tentu benar. Silahkan anda
semuanya, bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, mbak-mbak, dedek dedek gemes dan
semuanya, itu hak anda mau menggunakan atau tidak menggunakan. Yang penting
jangan lupa sholat 5 waktu dan makan secukupnya agar badan tetap sehat untuk stakling timeline pacar atau mantan di dumay. Heuheu.
Seperti kata bang Chairil Anwar, “Nasib
adalah kesunyian masing-masing.”
Sukoharjo, 17 Juni 2015
Adziz bin Gino
0 komentar:
Posting Komentar