Rabu, 17 Juni 2015

Jejaring Sosial Mah Gitu


Di era digital ini siapa yang tak kenal dengan facebook? Jejaring sosial yang diluncurkan pada bulan Februari 2004. Pada September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes.
Penggunanya pun dari berbagai kalangan. Dari anak yang masih ingusan, remaja, dewasa, sampai kakek nenek pun ada. Seperti menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini.


Sebenarnya sebelum Facebook booming seperti saat iti, ada jejaring sosial pendahulunya yang bernama friendster. Namun malangnya saat friendster muncul, dunia maya atau aktifitas menggunakan internet di Indonesia, khususnya di daerah saya, belum seriuh saat ini. Semua orang masih senang menggunakan handphone bernada polyphonic, yang tentu saja layanan akses internet tidak mungkin ada. Warnet pun belum menjamur seperti sekarang ini.
Untuk saya sendiri pun kenal dengan internet itu saat saya kelas 3 SMP. Saat itu pun kenalnya karena ingin buka bokep mengerjakan tugas sekolah. Itu pun om operator warnetnya harus turun tangan untuk membantu saya. Karena saat itu saya termasuk orang yang super gaptek. Pertama kali punya handphone saja nunggu sampai kelas 1 SMK. Bayangkan! Mungkin itu alasan saya untuk memasuki jurusan Teknik Komputer. *bukan promosi*
 ----- o o o -----
Setelah kemunculan facebook, jejaring sosial lainnya ikut bermunculan. Seperti twitter, google+, instagram,  dan seabrek jejaring sosial lainnya. Dari yang lokal sampai internasional.
Tentu ada dampak positif dan negatifnya. Pro dan kontra. Semua itu wajar saja terjadi di dunia ini.
Misalnya saja, di era digital ini dengan adanya jejaring sosial kita dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial. Kita akan belajar bagaimana cara beradaptasi, bersosialisai dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan. Tentu ini hanya di dunia maya. Tapi semoga saja dapat diterapkan di dunia masyarakat yang nyata. Di lingkungan kita masing-masing.
Kita dapat merasakan kemudahan transaksi jual beli, kecepatan mendapat informasi di jejaring sosial lewat kamar kita. Walaupun cyber crime menjadi momok menakutkan. Meningkatkan kewaspadaan di dunia maya perlulah di tingkatkan. Mulai dari diri sendiri tentunya. Kita harus lihai memilih dan memilah.
----- o o o -----
Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.
Itu mungkin sangat cocok dengan keadaan sekarang ini.
Karena kebablasen menggunakan akses internet, khususnya untuk jejaring sosial, seseorang dapat menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Semua itu karena terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk beluk berkomunikasi di kehidupan nyata, seperti bahas tubuh dan nada suara, menjadi berkurang.
Betapa lucunya bila kita sedang ngobrol bertatap muka tapi bicaranya lewat chat facebook. Balas-balasan mention di twitter. Ah, itu sangat memuakkan
Itulah mengapa agama mempunyai suatu batasan yang bisa digunakan secara universal, “segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.”
Kalau melihat keadaan sekarang, dimana kita sangat membutuhkan segala informasi secara cepat, mustahil untuk meninggalkan aktifitas di jejaring sosial. Namun, mbok yo diatur secara bijak saat menggunakan jejaring sosial. Entah itu facebook, twitter, friendster, BBM, atau yang lainnya. Pokoknya hal yang harus membuat kita menunduk dari memandang lawan bicara kita itulah jejaring sosial. That’s it!
"Lho mas, kok BBM ikut nimbrung di jerjaring sosial? Itu aplikasi messenger, tentu beda dong?"
Ah, sama saja. Sekarang mari saya ajak sedikit berpikir. Apa yang membedakan facebook dengan BBM?
Penggunaannya? Facebook di komputer, kalo BBM hanya bisa di handphone saja gitu? Itu mah pandangan secara umum dan sekilas mata saja.
Facebook memang memiliki sebarek fitur yang tidak di miliki BBM. Tapi saya yang dulu juga menggunakan BBM menemukan banyak kesamaan.
Misalnya, di fasilitas messenger keduanya punya. Status ada. Beranda nama di facebook, dan di BBM bernama pembaharuan yang isinya sama halnya beranda di facebook. Ada foto dan status si penggunanya.
Coba bandingkan lagi, intensitas keluarnya status atau bergantinya foto profil atau display picture. Dulu, di kontak saya ada sekitar 60 orang teman, dan di facebook saya ada sekitar 1.000 lebih orang teman. Dari hitungan per menit, keduanya mengeluarkan update status yang hampir sama. Malahan kadang lebih banyak yang di pembaharuan kontak BBM saya. Sama saja bukan?
Mungkin ini disebabkan karena BBM memang kodratnya dipakai seperti itu. Bisa juga karena orang sudah bosan menggunakan facebook lalu beralih ke BBM. Karena BBM lebih cepat dan ringan digunakan di handphone. Juga karena sekarang fitur BBM tidak cuma bisa dinikmati di handphone khusus Blackberry saja, namun sekarang semua handphone smartphone telah dapat mengunduhkan menginstal aplikasi BBM.
Jadi, kalau kita hanya mandeg aktifitas di facebok tapi masih ngepoin pembaharuan dan gonta-ganti DP di BBM tentu itu belum bisa dikatakan kita telah berhasil mengurangi aktifitas di dunia maya atau di jejaring sosial. Lha wong podo wae.
Ini hanya hasil pemikiran saya yang belum tentu benar. Silahkan anda semuanya, bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, mbak-mbak, dedek dedek gemes dan semuanya, itu hak anda mau menggunakan atau tidak menggunakan. Yang penting jangan lupa sholat 5 waktu dan makan secukupnya agar badan tetap sehat untuk stakling timeline pacar atau mantan di dumay. Heuheu.
Seperti kata bang Chairil Anwar, “Nasib adalah kesunyian masing-masing.”


Sukoharjo, 17 Juni 2015
Adziz bin Gino
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar