Usia 20-an tahun ke atas adalah usia yang rawan. Orang-orang acap kali menyebut
wilayah usia ini rentan akan “Quarter Life Crisis”, di mana jumhur manusia 20 tahunan sedang
galau-galaunya akan berbagai pilihan hidup. Mulai dari pekerjaan, studi
lanjutan, sampai jeratan cinta yang terus memborbardir adalah cobaan
sehari-hari.
Bagaimana tidak, para pejuang 20 tahunan adalah sudah ditakdirkan memakai
jubah nasib yang begitu tragis. Apalagi yang sedang terbelenggu jeratan setoran
kredit. Ditambah lagi yang hidupnya mengalami komplikasi sehingga semua
pertanyaan “Kapan?” terakumulasi dengan sempurna dalam dirinya, menyebabkan
kejang-kejang jati diri. Kemungkinan paling sehat adalah jika ia berhasil
menemukan jawaban untuk satu saja jenis “Kapan?” yang paling digemari—“Kapan
nikah?”, tapi persentasenya hanya 15%. Sementara kondisi paling pahit ya adanya
kans sebesar 85% terkena stroke identitas.
Menurut survei, 4 dari 5 orang mengakui kasus percintaan adalah yang
menjadi pencekik utama di usia keramat ini. Jomblo bangkotan, friendzone, kakakadikzone, pacaran expired, dan bergejubel
masalah lain yang akan mengganduli
muda-mudi menuju usia seperempat abad ini.
Mereka bisa legowo, cengar cengir
dan nrimo ing pandum ketika ketipisan
dompet sebanding dengan macbook air,
namun bisa menangis berdarah-darah dan curhat sampai membabi buta kala cintanya
kandas.
Faktanya memang begitu, daya tahan mereka jauh lebih baik ketika
menghadapi keronta finansial daripada gersang dahaga karena asmara. Akar permasalahan
mungkin berasal dari paradigma yang sudah turun-temurun “rejeki tak kemana,
tapi jodoh bisa kemana-mana”. Oleh sebab itulah, para pejuang usia ini lebih jembar dadane ketika menghadapi kenaikan
BBM daripada melihat sang mantan atau si gebetan naik pelaminan.
Sebenarnya ada cara-cara untuk bertahan di tengah chaos ini, yang
paling mudah adalah googling
tips-tips percintaan yang banyak diposting atau menempil nasehat-nasehat para
ulama cinta. Tapi bila memang Anda terjerembab dalam masalah kesetanan umur
20-an ini, ada baiknya melakukan perubahan pada diri Anda sendiri.
Coba renungi kembali, sebenarnya apa prioritas dalam hidup Anda. Jika
yang memenuhi otak adalah menikah, menikah dan menikah, maka segeralah cari
pasangan yang sesuai.
Dalam kasus percintaan, kadang memang berlaku hukum paling mendasar di
jagad raya: mendahului atau didahului. Daripada berisik menebar kegalauan dan
curhatan sepanjang 5x scroll status BBM, lebih baik tentukan
targetan yang sistematis dan realistis.
Memang mencari pasangan hidup tak boleh asal pilih, tapi ya jangan
terlalu pemilih juga. Misalnya saja sudah ada yang jelas-jelas rela menanti
selama beberapa tahun, tapi Anda justru merasa dia tak sepaham dan tak mumpuni
untuk menjadi calon bapak bagi Soekarno masa depan yang ingin Anda lahirkan.
Namun, bila prioritas Anda bukan itu maka fokuslah dengan prioritas yang
Anda temukan sendiri. Entah karir, pendidikan atau yang lain. Sak karepmu. Tentu saja itu hak Anda.
Tapi jangan lupa, tikungan selalu ada di mana-mana dan bribikan bisa lepas
kapan saja, terutama jika ada yang menyogok dengan sebungkus stroberi segar dan
manis sebagai pembuka.
*Sumber gambar ilustrasi
*Sumber gambar ilustrasi
0 komentar:
Posting Komentar