Jumat, 04 Desember 2015

KEGALAUAN USIA 20-an



Usia 20-an tahun ke atas adalah usia yang rawan. Orang-orang acap kali menyebut wilayah usia ini rentan akan “Quarter Life Crisis”, di mana jumhur manusia 20 tahunan sedang galau-galaunya akan berbagai pilihan hidup. Mulai dari pekerjaan, studi lanjutan, sampai jeratan cinta yang terus memborbardir adalah cobaan sehari-hari.
Bagaimana tidak, para pejuang 20 tahunan adalah sudah ditakdirkan memakai jubah nasib yang begitu tragis. Apalagi yang sedang terbelenggu jeratan setoran kredit. Ditambah lagi yang hidupnya mengalami komplikasi sehingga semua pertanyaan “Kapan?” terakumulasi dengan sempurna dalam dirinya, menyebabkan kejang-kejang jati diri. Kemungkinan paling sehat adalah jika ia berhasil menemukan jawaban untuk satu saja jenis “Kapan?” yang paling digemari—“Kapan nikah?”, tapi persentasenya hanya 15%. Sementara kondisi paling pahit ya adanya kans sebesar 85% terkena stroke identitas.

Menurut survei, 4 dari 5 orang mengakui kasus percintaan adalah yang menjadi pencekik utama di usia keramat ini. Jomblo bangkotan, friendzone, kakakadikzone, pacaran expired, dan bergejubel masalah lain yang akan mengganduli muda-mudi menuju usia seperempat abad ini.
Mereka bisa legowo, cengar cengir dan nrimo ing pandum ketika ketipisan dompet sebanding dengan macbook air, namun bisa menangis berdarah-darah dan curhat sampai membabi buta kala cintanya kandas.
Faktanya memang begitu, daya tahan mereka jauh lebih baik ketika menghadapi keronta finansial daripada gersang dahaga karena asmara. Akar permasalahan mungkin berasal dari paradigma yang sudah turun-temurun “rejeki tak kemana, tapi jodoh bisa kemana-mana”. Oleh sebab itulah, para pejuang usia ini lebih jembar dadane ketika menghadapi kenaikan BBM daripada melihat sang mantan atau si gebetan naik pelaminan.
Sebenarnya ada cara-cara untuk bertahan di tengah chaos ini, yang paling mudah adalah googling tips-tips percintaan yang banyak diposting atau menempil nasehat-nasehat para ulama cinta. Tapi bila memang Anda terjerembab dalam masalah kesetanan umur 20-an ini, ada baiknya melakukan perubahan pada diri Anda sendiri.
Coba renungi kembali, sebenarnya apa prioritas dalam hidup Anda. Jika yang memenuhi otak adalah menikah, menikah dan menikah, maka segeralah cari pasangan yang sesuai.
Dalam kasus percintaan, kadang memang berlaku hukum paling mendasar di jagad raya: mendahului atau didahului. Daripada berisik menebar kegalauan dan curhatan sepanjang 5x scroll status BBM, lebih baik tentukan targetan yang sistematis dan realistis.
Memang mencari pasangan hidup tak boleh asal pilih, tapi ya jangan terlalu pemilih juga. Misalnya saja sudah ada yang jelas-jelas rela menanti selama beberapa tahun, tapi Anda justru merasa dia tak sepaham dan tak mumpuni untuk menjadi calon bapak bagi Soekarno masa depan yang ingin Anda lahirkan.
Namun, bila prioritas Anda bukan itu maka fokuslah dengan prioritas yang Anda temukan sendiri. Entah karir, pendidikan atau yang lain. Sak karepmu. Tentu saja itu hak Anda. Tapi jangan lupa, tikungan selalu ada di mana-mana dan bribikan bisa lepas kapan saja, terutama jika ada yang menyogok dengan sebungkus stroberi segar dan manis sebagai pembuka.

*Sumber gambar ilustrasi
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar