Pernahkah anda berada di suatu tempat yang disitu jejak kenangan bersama
orang yang anda cintai begitu lekat tertera di tempat itu?
Pernahkah anda ketika berada di tempat itu. Sengaja atau tidak sengaja, seolah-olah
tempat itu bercerita dengan sendirinya apa yang terjadi di masa silam? Tentang
senyumnya, gaya bicaranya, body languagenya
dan seabrek polah tindak tanduknya
terekam jelas di tempat itu. Bahkan semilir anginnya pun dapat ikut nimbrung bercerita.
Belum?
Kalau begitu lebih baik anda diam. Jangan mengolok-olok, menghujat, atau
berkata “jangan lebay”. Karena anda men-judge
sesuatu hal yang sama sekali anda belum mengalami. Mustahil anda akan mahfum dengan apa yang mereka rasakan
kala terpenjara dalam kerinduan yang dinaungi oleh kenangan.
Biarkan. Biarkan mereka yang dirundung rindu memaparkan kepiluan birahi
citntanya. Dendang lagu sendu pilu mereka sedang mencoba kembali menyingkap
rindu dendam Majnun. Hanya untuk mereka yang tidak mengerti pemahaman dan
kepahaman disampaikan: lidah tak mempunyai pelanggan selain telinga.
Bagaimana kesadaran ada di depan dan di samping, jika cahaya sang kekasih
tidak ada di depan dan disamping? Kekasih ialah hidup dan pecinta itu benda
mati. Kalau cinta tak mempedulikannya, jadilah ia burung tanpa sayap.
Meskipun terlihat mereka diam dan tenang bagai ikan yang tengah berenang
di lautan dalam. Namun hatinya gelisah pula bagai ombak pantai laut selatan.
0 komentar:
Posting Komentar