Sabtu, 07 November 2015

Konsekuensi Kenangan

Kenangan akan sebuah tempat memang tak selalu berasal dari segala sesuatu yang indah-indah. Bukan hanya soal saat mekar setangkai mawar, namun juga saat tertusuk durinya. Ada kalanya, saat kita berada di tempat yang baru, tempat yang teratur, dengan segala ritme kehidupan yang efisien, taktis, dan nyaman, kita justru rindu pada tempat lama, yang penuh dengan kesemrawutan dan seringkali membuat kita repot lagi tidak teratur.

Dalam sebuah majlis ngopi di rumah saya, teman saya Udin pernah bercerita tentang kerinduannya akan Sukoharjo, saat ia di perantauannya, di Karawang. Dimana yang dirindukan oleh Udin saat itu justru bukan suasana sejuk hamparan sawah ijo royo-royo ataupun ketenangan saat di desa. Melainkan saat adu mulut dengan Kang Dodo atau gelut dengan adik-adiknya.
Seperti halnya kenangan, kerinduan juga tak melulu tentang sesuatu yang indah-indah. Maka jangan heran jika banyak laki-laki yang begitu meratapi perpisahannya dengan wanita yang sangat ia cintai, sungguhpun wanita tersebut adalah wanita yang pernah "main hati" dengan laki-laki lain dan sering sekali menyayat hati si laki-laki.
Alasanya satu: Mungkin laki-laki memang selalu rindu untuk disakiti.
Entahlah.

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar