Senin, 04 Mei 2015

BERKIRIM-KIRIMAN SURAT




BERKIRIM-KIRIMAN SURAT
Tenggelamnya Kapal van der Wijck (BUYA HAMKA)

Surat yang Ketiga
Sahabatku Hayati!
Sebagai kukatakan dahulu, lebih bebas saya menutis surat dari pada berkata-kata dengan engkau.
Saya lebih pandai meratap dalam surat, menyesal dalam surat, mengupat dalam surat. Karena bilamana saya bertemu dengan engkau, maka matamu yangsebagai bintang Timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku.
Sebelum bertemu, banyak yang teringat, setelah bertemu semuanya hilang, karena kegembiraan pertemuan itu telah menutupi akan segala ingatan.
Inilah suratku yang ketiga. Dan alangkah beruntungnya peraaan hatiku jika beroleh balasan, padahal sepucuk pun belum pernah engkau balas. Tahu saya apa jadi sebabnya Bukan lantaran engkau tak dapat mengarang surat.

Sebagai engkau katakan, tetapi hanyalah lantaran engkau masih merasa sebagaimana kebanyakan perasaan umum pada hari ini, bahwasanya berkirimkiriman surat percintaan itu adalah aib dan cela yang paling besar, cinta palsu dan bukan terbit dari hati yang mulia.
Tapi, Hayati perasaansaye lain dari itu. Yaitu kalau perasaan hati itu hanya disimpan-simpan saja, tidak diutarakan dengan kejujuran, itulah yang bemama cinta palsu, cinta yang tidak percaya kepada diri sendiri.
Rasanya lebih aib dan lebih cela anak perempuan yang sengaja menekur-nekurkan kepalanya jika melihat seorang laki-taki, tetapi setelah selendangnya dibukanya, dia mengintip orang lalu lintas dari celah dinding. Dengan surat-surat kata belajar berbudi halus.
Dalam susunan suratsurat dapat diketahui perkataan-perkataan yang pepat di luar, pancung di dalam. Dengan suratsurat dapat diketahui dalam dangkalnya budi pekerti manusia.
Bacalah, dan bacalah suratku ketiga-tiganya. Adakah di sana terdapat saya berminyak air, mencoba menarik-narik hati? Bagi saya meskipun perjalanan cinta yang akan kita tempuh itu takkan hasil, surat itu sudah cukuplah untuk menguji budi saya, Kirimlah surat kepadaku tanda jujurmu.
Tanda benar-benar engkau hendak membela diriku. Kirimlah, dan janganlah engkau takut bahwa sum ini akan saya jadikan perkakas untuk membukakan rahasiamu jika temyeta engkau mungkir atau tak sanggup memenuhi janji Hayati!
Lapangan alam ini amat luas, dan Tuhan telah memberi kita kesanggupan mengembara di dalam lapangan yang luas itu. Maka jika kita beruntung, dan Allah memberi izin kita hidup sebagai suami dan isteri, adalah surat-surat itu untuk mematrikan cinta kita, jadi pengobat batin di dalam mendidik anak-anak.
Tetapi kalau kiranya pertemuan nasib dan hidup kata tidak beroleh keizinan Tuhan sejak darn azali-Nya, adalah pula surat-surat itu akan jadi peringatan dari dua orang bersahabat atas ketulusan mereka menghadapi cinta, tidak terlangkah kepada kejahatan dan adak melanggar peri kesopanan.
Jangan engkau berwas-was kepadaku Hayati, mengirimkan suratmu. Surat-suratmu akan kusimpan baik-baik, akan kujadikan azimat tangkal penyakit, tangkal putus pengharapan. Dan hilangkanlah sangka burukmu itu, takut suratmu jika kujadikan perkakas membusuk-busukkan namamu.
Ah, mentang-mentang saya seorang anak orang terbuang, orang menumparg dinegeri ini, tidaklah sampai serendah itu benar budiku.
Suratmu, Hayati; sekali lagi suratmu.

Zainuddin.

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar