Assalamu’alaikum wr wb
Yang terhormat Habib Luthfi Bin
Yahya, saya adalah kepala rumah tangga yang belum bisa menafkahi istri dan
anak-anak dengan baik. Menafkahi disini dalam arti lahir dan bathin, karena
istri saya bekerja d iluar kota.
Beberapa kali saya bekerja,
keluar masuk perusahaan. Tidak ada yang bertahan lama. Setelah beberapa kali
introspeksi diri dan minta nasihat Kyai, saya memutuskan mendalami agama,
memperbanyak ibadah dan lebih banyak mengikuti majelis Taklim. Sedangkan dalam
urusan bekerja, sampai sekarang saya belum bekerja, tapi tetap berusaha
mencarinya.
Saya berpendapat kalau saat ini
saya lebih banyak beribadah, itu artinya saya sedang bekerja untuk Allah dan
Allah yang akan menggaji saya, mencukupi kebutuhan hidup saya. Ahamdulillah
rumah tangga saya harmonis.
Habibi, tolong nasehati dan
bimbing saya agar saya bisa menjadi suami yang bisa diandalkan keluarga saya,
yang bisa menjadi pelindung, pengayom dan bisa bertangung jawab terhadap
kebutuhan rumah tangga saya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Wa’alaikumsalam Wr Wb
Terimakasih kepada Bapak Triyono
di Demak. Saya kagum dan salut kepada Bapak Triyono, karena bapak bisa
mendapatkan solusi yang baik dalam mengatasi kesulitan rumah tangga Bapak,
yaitu degan mempelajari ilmu agama dan mempraktekkannya. Semoga keharmonisan
keluarga Bapak dilanggengkan oleh Allah SWT, Allahumma Aamiin.
Pesan saya, pertama, janganlah
kita melihat keatas, tapi lihatlah kebawah. Dalam arti, kita melihat
orang-orang sesama kita yang kehidupan ekonomi mereka berada dibawah kita. Ini
yang akan menjadi penyemangat kita, supaya kita tidak putus asa dan mendorong
kita untuk terus berusaha dan berdoa.
Kedua, jangan jauh dari ulama dan
shalihin. Dekatilah mereka, ambillah saran-saran dari mereka, ikutilah
jejak-jejak mereka untuk menambah bekal agar kehidupan berumah tangga semakin
harmonis.
Ketiga, jangan lupa kita berdoa
dengan doa yang diberikan Rasulullah kepada sahabat Beliau, Anas Bin Malik yang
mencakup tiga hal. Pertama, minta diberkahi umurnya. Kedua, minta diberkahi
kehidupan dunia. Ketiga diberkahi putra-putri kita.
Doanya,”Allahumma bariklana fii
umrina, wa fi rizqina, wa fi awladina,” Ya Allah berkahilah umur kami, rizqi kami
dan putra-putri kami.” Insya Allah, kalau mendapat itu semuanya, anak kita
banyak ataupun sedikit, tidak satupun yang mentah, sebab mereka dijadikan hamba
Allah yang berguna di dunia dan di akhirat dan tidak akan menarik fitnah kepada
kedua orang tuanya dihadapan Allah SWT kelak.
catatan redaksi:
Habib Luthfi Bin
Yahya menyebut-nyebut Sahabat Rasulullah SAW, Anas Bin Malik Ra. Siapakah dia?
Ia adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari kaum anshar.
Suatu
hari ketika Rasulullah SAW baru saja hendak tinggal dan menetap di Madinah,
datanglah menghadap Beliau Al Ghumaisa binti Milhan, Ibunda Anas.
Al
Ghumaisa membawa Anas, yang ketika itu masih kecil. Saat itu Anas berambut poni
yang menutup keningnya. Bila kepala Anas kecil itu bergerak rambut poni itu pun
ikut bergerak.
Al
Ghumaisa memberi salam kepada Nabi SAW seraya berkata,”Ya Rasulullah, tidak ada
seorang pria dan wanita pun dari kaum Anshar yang menghadapmu kecuali mereka
memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah
kecuali anak ini saja. Ambillah ia dan jadikanlah ia sebagai pembantumu Ya
Allah.
Nabi
SAW gembira mendengarnya dan beliau menerima Anas dengan wajah sumringah. Beliau
membelai kepala Anas dengan tangan beliau. Beliau juga membelai rambut Anas
dengan jari Beliau. Akhirnya Rasulullah SAW menerima Anas menjadi anggota
keluarganya.
Anas
saat itu berusia 10 tahun. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi SAW hingga beliau
dipanggil oleh Allah SWT. Anas mendampingi Nabi SAW selama 10 tahun, ia
mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi SAW. Ia juga menerima seluruh Hadits
Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas juga mengetahu kondisi, cerita,
rahasia, dan kebiasaan terpuji Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
Anas
dalam pergauannya degan Nabi SAW mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang
anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat
seluruh dunia merasa iri kepadanya.
Dalam
sebuah riwayat, ia bercerita”Rasulullah SAW adalah seorang manusia yang paling
baik akhlaknya, beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan beliau adalah
manusia yang paling penyayang. Beliau pernah menyuruhku untuk membelikan sesuatu
dan kemudian aku pun keluar untuk membelinya.
Di tengah
jalan aku berniat untuk bermain bersama anak-anak di pasar dan aku tidak
melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku. Saat aku sudah bertemu
dengan anak-anak tadi aku merasakan ada seorang pria yang berdiri dibelakangku
dan ia menarik bajuku.
Aku
menoleh kebelakang, ternyata ia Rasulullah SAW. Beliau tersenyum seraya
berujar,”Wahai Unais sudahkah engkau melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan
berkata,”Baik akan aku lakukan sekarang, Ya Rasulullah.”
Demi
Allah, aku sudah membantu beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku
lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata,”Mengapa Engkau lakukan ini?
Dan beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan seperti
mengapa engkau tidak mengerjakannya?”
Unais
adalah panggilan manja Rasulullah SAW untuk Anas. Kadang beliau memanggilnya
dengan “Anakku”. Seringkali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang
memenuhi relung hati dan sanubari Anas.
Salah
satu nasehat Beliau kepada Anas,”Anakku apabila kau mampu berada di pagi dan
sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, lakukanlah. Yang demikian
adalah termasuk sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, ia telah
mencintaiku. Barang siapa yang mencintaiku, ia akan berada di surga bersamaku.
Anakku,
jika engkau masuk kedalam rumah ucapkanlah salam, karena itu akan membawa
keberkahan bagimu dan bagi penghuni rumahmu.”
Rasulullah
SAW juga sering mendoakan Anas Bin Malik, salah satu doa beliau untuknya, ”Allahumma
urzuqhu maalan wa waladan, wa baarik lahu (Ya Allah, berilah ia harta dan
keturunan dan berkahilah hidupnya)”
Allah
mengabulkan doa Nabi-Nya, Anas menjadi orang dari suku anshar yang paling banyak
hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, anak-cucunya melebihi 100
orang. Allah pun memberikan keberkahan
kepada umurnya sehingga ia hidup satu
abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. Setelah Rasulullah SAW wafat, Anas masih
hidup lebih dari 80 tahun lamanya.
Keberkahan
ini juga dirasakan oleh kaum muslimin. Ia menjadi rujukan ketika kaum muslimin
menghadapi permasalahan atau merasa bingung memutuskan permasalahan hukum. Anas
mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah SAW. Ia juga menghidupkan
hati para sahabat dan tabi’in dengan petunjuk dan ajaran Nabi SAW. Ia juga
sering memberitahukan canda dan kebiasaan Rasulullah SAW.
Anas
begitu berusaha keras dalam mencontoh Rasulullah SAW dalam perbuatan dan
ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi dan membenci apa yang dibenci
Nabi. Hal yang paling berkesan pada dirinya ada dua, yaitu hari pada pertama
kali ia berjumpa Nabi SAW dan hari ketika Beliau wafat.
Jika
ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan bersemangat,
seolah ia meghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya
hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis dan manusia yang berada di
sekelilingnya saat itu menangis juga.
Seringkali
ia berkata,”Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari
tersebut. Pada hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi
semuanya…dan pada hari ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, seolah semuanya
menjadi gelap.
Kali
terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar beliau dibuka.
Aku melihat wajah beliau seolah lembaran
kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah Beliau. Hampir saja mereka
tak kuasa menahan diri. Lalu mereka memberi isyarat kepada mereka agar tenang.
Lalu wafatlah Rasulullah SAW di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat
pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah beliau saat kami
mengubur jasad beliau dengan tanah.
Anas
RA senantiasa berharap syafa’at Nabi SAW untuk dirinya pada hari kiamat.
Seringkali ia berucap, ”Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW pada
hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada Beliau,”Ya Rasulullah, Inilah
pembantu kecilmu Unais.”
Ketika
Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, Ia berujar kepada
keluarganya,”Talqinkan aku dengan kalimat Laa Ilahailallah
Muhammadurasulullah.” Dan ia terus mengucapkan kalimat itu hingga malaikat
maut menjelang.
Ia
berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah SAW
agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka tongkat itu pun diletakkan
di sisi tubuh dan bajunya.
Habib Luthfi bin Ali
bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)
Ra’is Am Idarah
‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah
0 komentar:
Posting Komentar