Rabu, 02 April 2014

Nasihat Bagi Suami dari Maulana al-Habib M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya


Assalamu’alaikum wr wb
Yang terhormat Habib Luthfi Bin Yahya, saya adalah kepala rumah tangga yang belum bisa menafkahi istri dan anak-anak dengan baik. Menafkahi disini dalam arti lahir dan bathin, karena istri saya bekerja d iluar kota.
Beberapa kali saya bekerja, keluar masuk perusahaan. Tidak ada yang bertahan lama. Setelah beberapa kali introspeksi diri dan minta nasihat Kyai, saya memutuskan mendalami agama, memperbanyak ibadah dan lebih banyak mengikuti majelis Taklim. Sedangkan dalam urusan bekerja, sampai sekarang saya belum bekerja, tapi tetap berusaha mencarinya.
Saya berpendapat kalau saat ini saya lebih banyak beribadah, itu artinya saya sedang bekerja untuk Allah dan Allah yang akan menggaji saya, mencukupi kebutuhan hidup saya. Ahamdulillah rumah tangga saya harmonis.
Habibi, tolong nasehati dan bimbing saya agar saya bisa menjadi suami yang bisa diandalkan keluarga saya, yang bisa menjadi pelindung, pengayom dan bisa bertangung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga saya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb


Wa’alaikumsalam Wr Wb
Terimakasih kepada Bapak Triyono di Demak. Saya kagum dan salut kepada Bapak Triyono, karena bapak bisa mendapatkan solusi yang baik dalam mengatasi kesulitan rumah tangga Bapak, yaitu degan mempelajari ilmu agama dan mempraktekkannya. Semoga keharmonisan keluarga Bapak dilanggengkan oleh Allah SWT, Allahumma Aamiin.
Pesan saya, pertama, janganlah kita melihat keatas, tapi lihatlah kebawah. Dalam arti, kita melihat orang-orang sesama kita yang kehidupan ekonomi mereka berada dibawah kita. Ini yang akan menjadi penyemangat kita, supaya kita tidak putus asa dan mendorong kita untuk terus berusaha dan berdoa.
Kedua, jangan jauh dari ulama dan shalihin. Dekatilah mereka, ambillah saran-saran dari mereka, ikutilah jejak-jejak mereka untuk menambah bekal agar kehidupan berumah tangga semakin harmonis.
Ketiga, jangan lupa kita berdoa dengan doa yang diberikan Rasulullah kepada sahabat Beliau, Anas Bin Malik yang mencakup tiga hal. Pertama, minta diberkahi umurnya. Kedua, minta diberkahi kehidupan dunia. Ketiga diberkahi putra-putri kita.
Doanya,”Allahumma bariklana fii umrina, wa fi rizqina, wa fi awladina,” Ya Allah berkahilah umur kami, rizqi kami dan putra-putri kami.” Insya Allah, kalau mendapat itu semuanya, anak kita banyak ataupun sedikit, tidak satupun yang mentah, sebab mereka dijadikan hamba Allah yang berguna di dunia dan di akhirat dan tidak akan menarik fitnah kepada kedua orang tuanya dihadapan Allah SWT kelak.
catatan redaksi:
Habib Luthfi Bin Yahya menyebut-nyebut Sahabat Rasulullah SAW, Anas Bin Malik Ra. Siapakah dia? Ia adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari kaum anshar.
                Suatu hari ketika Rasulullah SAW baru saja hendak tinggal dan menetap di Madinah, datanglah menghadap Beliau Al Ghumaisa binti Milhan, Ibunda Anas.
                Al Ghumaisa membawa Anas, yang ketika itu masih kecil. Saat itu Anas berambut poni yang menutup keningnya. Bila kepala Anas kecil itu bergerak rambut poni itu pun ikut bergerak.
                Al Ghumaisa memberi salam kepada Nabi SAW seraya berkata,”Ya Rasulullah, tidak ada seorang pria dan wanita pun dari kaum Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah kecuali anak ini saja. Ambillah ia dan jadikanlah ia sebagai pembantumu Ya Allah.
                Nabi SAW gembira mendengarnya dan beliau menerima Anas dengan wajah sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan tangan beliau. Beliau juga membelai rambut Anas dengan jari Beliau. Akhirnya Rasulullah SAW menerima Anas menjadi anggota keluarganya.
                Anas saat itu berusia 10 tahun. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi SAW hingga beliau dipanggil oleh Allah SWT. Anas mendampingi Nabi SAW selama 10 tahun, ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi SAW. Ia juga menerima seluruh Hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas juga mengetahu kondisi, cerita, rahasia, dan kebiasaan terpuji Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
                Anas dalam pergauannya degan Nabi SAW mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya.
                Dalam sebuah riwayat, ia bercerita”Rasulullah SAW adalah seorang manusia yang paling baik akhlaknya, beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan beliau adalah manusia yang paling penyayang. Beliau pernah menyuruhku untuk membelikan sesuatu dan kemudian aku pun keluar untuk membelinya.
                Di tengah jalan aku berniat untuk bermain bersama anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku merasakan ada seorang pria yang berdiri dibelakangku dan ia menarik bajuku.
                Aku menoleh kebelakang, ternyata ia Rasulullah SAW. Beliau tersenyum seraya berujar,”Wahai Unais sudahkah engkau melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata,”Baik akan aku lakukan sekarang, Ya Rasulullah.”
                Demi Allah, aku sudah membantu beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata,”Mengapa Engkau lakukan ini? Dan beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan seperti mengapa engkau tidak mengerjakannya?”
                Unais adalah panggilan manja Rasulullah SAW untuk Anas. Kadang beliau memanggilnya dengan “Anakku”. Seringkali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas.
                Salah satu nasehat Beliau kepada Anas,”Anakku apabila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, lakukanlah. Yang demikian adalah termasuk sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, ia telah mencintaiku. Barang siapa yang mencintaiku, ia akan berada di surga bersamaku.
                Anakku, jika engkau masuk kedalam rumah ucapkanlah salam, karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan bagi penghuni rumahmu.”
                Rasulullah SAW juga sering mendoakan Anas Bin Malik, salah satu doa beliau untuknya, ”Allahumma urzuqhu maalan wa waladan, wa baarik lahu (Ya Allah, berilah ia harta dan keturunan dan berkahilah hidupnya)”
                Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, Anas menjadi orang dari suku anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, anak-cucunya melebihi 100 orang.  Allah pun memberikan keberkahan kepada umurnya sehingga ia hidup  satu abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. Setelah Rasulullah SAW wafat, Anas masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya.
                Keberkahan ini juga dirasakan oleh kaum muslimin. Ia menjadi rujukan ketika kaum muslimin menghadapi permasalahan atau merasa bingung memutuskan permasalahan hukum. Anas mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah SAW. Ia juga menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in dengan petunjuk dan ajaran Nabi SAW. Ia juga sering memberitahukan canda dan kebiasaan Rasulullah SAW.
                Anas begitu berusaha keras dalam mencontoh Rasulullah SAW dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi dan membenci apa yang dibenci Nabi. Hal yang paling berkesan pada dirinya ada dua, yaitu hari pada pertama kali ia berjumpa Nabi SAW dan hari ketika Beliau wafat.
                Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembira dan bersemangat, seolah ia meghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis dan manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menangis juga.
                Seringkali ia berkata,”Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya…dan pada hari ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, seolah semuanya menjadi gelap.
                Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar beliau dibuka. Aku melihat wajah beliau  seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya  memandang ke arah Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu mereka memberi isyarat kepada mereka agar tenang. Lalu wafatlah Rasulullah SAW di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah beliau saat kami mengubur jasad beliau dengan tanah.
                Anas RA senantiasa berharap syafa’at Nabi SAW untuk dirinya pada hari kiamat. Seringkali ia berucap, ”Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada Beliau,”Ya Rasulullah, Inilah pembantu kecilmu Unais.”
                Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, Ia berujar kepada keluarganya,”Talqinkan aku dengan kalimat Laa Ilahailallah Muhammadurasulullah.” Dan ia terus mengucapkan kalimat itu hingga malaikat maut menjelang.
                Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah SAW agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka tongkat itu pun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya.


Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)
Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar