Sudah saatnya untuk membisu. Menundukkan kepala. Terbisu.
Terdiam. Lalu merenung. Memang tak mungkin dapat menyepak segala duka yang ada,
namun hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang.
Terbisu ialah saat kebaikan hati seseorang membuatku semakin
jatuh cinta. Meski jauh di mata. Terbentang barat – utara.
Hatiku pun gigil.
Diam pun menjadi bahasa terbaik yang menjenterahkan berjuta
makna dan rasa.
Tak ada lagi kata yang kuasa menampung makna yang guruh di
hati.
Pada saat kebaikan hati telah menaungi setiap kisi kehidupan,
setetes air mata saja sanggup menjelma pelukan yang kedalamannya melampaui tak
terukurnya sebuah samudera.
Aku tak punya lagi kata-kata. Aku tak sanggup melihat air
matanya terluruhkan oleh apa pun yang kumandang dariku. Bila kebaikan hati
telah tegak berguguskan ketulusan dan kesucian, kata-kata tak lagi bermakna.
Aku ingin memekik. Kepada angkasa paling jauh. Kepada senyap
paling sunyi. Kepadanya yang telah mengajariku cinta yang paling mengharukan.
"Aku takkan pernah sanggup melihatmu mengisak sedih hati
oleh apa pun kataku, aku jauh lebih sanggup menanggung panas tamparanmu. Maka
pukullah aku sepenuh cintamu. Maka pekikilah aku sepenuh putih hatimu. Aku akan
memelukmu selamanya."
19 Agustus 2016
0 komentar:
Posting Komentar