Petani dan Pengendara Mobil

Sumber Foto: lukihermanto.com

Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan. Tak lama berselang, sebuah motor melaju melewati mereka. Berkatalah sang istri kepada petani, "Lihat, pak, betapa bahagianya suami-istri yg naik motor itu mesti mereka kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah, tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai kerumah."

Sementara itu di saat yang sama, pengendara motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil sedan mewah melaju mendahului mereka. Istri pengendara motir itu pun berkata, "Lihat, mas, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu, mereka tidak perlu kehujanan seperti kita."

Sebaliknya, saat mobil sedan yang dikendarai orang kaya tersebut melewati petani yang berjalan bergandengan tangan dibawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata kepada istrinya, "Bu, betapa bahagia dan mesranya mereka, keduanya berjalan bergandengan tangan menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara kita tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan masing-masing."

Hikmah di Balik Kisah

Setiap manusia di dalam kisah di atas sebenarnya memiliki kebahagiaan mereka masing-masing, hanya saja, ketika mereka melihat kebahagiaan orang lain, mereka kemudian tidak dapat melihat kebahagiaan yang ada pada dirinya.

Saudaraku, kebahagiaan tidak akan kita peroleh selama kita hanya melihat kebahagiaan milik orang lain dan selalu membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang kita pandang lebih sukses dan lebih enak dibandingkan hidup kita. Oleh karena itu, bersyukurlah atas hidup kita, niscaya kita mengetahui dimana kebahagiaan itu berada.

Sumber:

Dinukil dari Buku Syukur 

Karya Al Habib Naufal bin Muhammad Al 'Aydrus 

(Pimpinan Majelis Ilmu dan Dzikir Ar Raudhah Solo)

Buku Syukur Karya Al Habib Naufal bin Muhammad Al 'Aydrus

Al Habib Naufal bin Muhammad Al 'Aydrus

Categories: Sepenggal Kisah