dakwatuna.com - Sahabat dahsyat, pernahkah sahabat
mendengar potongan kalimat “Berpikir 1 Jam lebih baik daripada ibadah 60
tahun.” Kalimat yang sederhana tapi mengandung makna yang sangat dalam.
Sekilas memang mempunyai arti yang biasa-biasa saja bahkan tidak mampu
menggetarkan hati kita. Cobalah sahabat mengajak pikiran sahabat
berkelana mengarungi makna yang terkandung dan memetik hikmah yang
terdapat di dalamnya. Sungguh luar biasa.., sepotong kalimat yang mampu
menusuk kalbu dan mengusik nurani. Bagaimana tidak, bayangkan sahabat
dahsyat, hanya dengan berpikir 1 jam mampu mengalahkan ibadah 60 tahun.
Oleh karenanya berhati-hatilah dengan pikiran sahabat.
Pikiran adalah karunia Sang Maha Pencipta. Pikiran diberikan kepada
kita agar kita mampu menjalankan tugas kita di muka bumi ini sebagai
khalifah. Pikiran itu dapat kita gunakan untuk mencari solusi dari
permasalahan yang kita hadapi. Kita mengakui bahwa kita diberikan
pikiran oleh Sang Maha Pencipta namun kita harus mengakui pula bahwa
banyak di antara kita yang tidak mampu berpikir. Berpikir dalam arti
memaksimalkan potensi pikiran yang kita miliki agar apa yang menjadi
mimpi besar kita dapat tercapai. Mungkin di antara kita banyak yang
memimpikan kekayaan, hidup dengan segala kemewahan, dan apapun yang
diinginkan selalu tercapai.
Itu adalah hal yang wajar-wajar saja. Merupakan fitrahnya manusia
karena dalam setiap diri pasti mendambakan kedamaian. Dengan kekayaan
itulah, kedamaian akan didapatkan. Damai adalah milik kita semua.
Memperoleh kedamaian adalah hak setiap insan. Jikalau kita mampu
merenungi, sesungguhnya mendapatkan kedamaian dalam hidup adalah hal
yang sangat mudah. Cukup dengan mampu mengelola pikiran kita maka
kedamaian akan kita peroleh. Perhatikanlah sahabat dahsyat, berpikir 1
jam, adakah yang mampu berpikir 1 jam? Agar tidak salah diartikan,
berpikir 1 jam adalah bagaimana kita bisa memikirkan kekuasaan dan
keagungan Sang Maha Pencipta dalam waktu satu jam. Ketika kita mau
mengorbankan waktu kita untuk berpikir tentang kekuasaan-Nya maka
kedamaian yang kita idam-idamkan akan menghampiri kita.
Bayangkan sahabat dahsyat, ketika kita merenungi karunia Sang Maha
Pencipta dan membayangkan tentang kekuasaan-Nya, begitu agungnya Allah
SWT, Pencipta kita, Pencipta langit dan bumi. Adakah yang mampu membuat
gunung-gunung yang menjulang tinggi? Adakah yang mampu menegakkan langit
dengan begitu seimbang tanpa tiang penyangga? Adakah yang dapat membuat
samudra nan luas yang di dalamnya tersimpan mutiara yang berkilauan dan
hidup bermacam-macam jenis tumbuhan serta ikan-ikan bertaburan? Semua
itu hanyalah yang punya kuasa mampu membuatnya, itulah Sang Maha Kuasa
atas segala sesuatu. King of the King. Raja yang merajai langit dan
bumi. Itulah Allah SWT.
Pantaslah berpikir satu jam itu lebih baik dari ibadah 60 tahun.
Memikirkan kekuasaan Allah SWT dan melihat keagungan-Nya melalui makhluk
ciptaan-Nya membuat hati kita berdecak kagum sehingga dengan sendirinya
diri ini bersujud, mengucapkan syukur kepada-Nya, bertambahlah keimanan
ini serta semakin tunduk dan patuh menjalankan perintah-Nya karena diri
ini bukan siapa-siapa lagi melainkan kepunyaan-Nya yang selalu siap
dipanggil kapan saja menghadap-Nya. Sementara ibadah 60 tahun tidak
dapat menjadi jaminan atas penghambaan kita kepada Allah SWT. Apakah
kita sadar bahwa ibadah yang kita lakukan benar-benar ikhlas karenanya
atas rasa syukur kita karena telah diberikan begitu banyak nikmatnya.
Atau malah ibadah yang kita kerjakan bukan semata-mata karena-Nya
melainkan hanya karena pujian dari orang lain. Beribadah karena dilihat
oleh orang lain. Sadar ataupun tidak, sesungguhnya ibadah yang kita
lakukan hendaknya kita koreksi apakah mengandung cacat atau tidak? Jika
sedikit saja mengandung cacat maka tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Hanya kepada-Nyalah kita menyerahkan diri kita, ibadah kita, dan
seluruh pekerjaan yang kita kerjakan semoga menjadi bekal kita di
akhirat kelak. Berapapun umur kita saat ini, sebanyak apapun ibadah yang
kita lakukan bukan jaminan kita akan memperoleh keselamatan di
hadapan-Nya. Marilah kita jernihkan pikiran kita, membukakan pintu hati
kita untuk menerawang kekuasaan-Nya sambil berdzikir dan bertasbih
kepada-Nya dengan memuji-Nya, memohon ampun kepada-Nya agar hati kita
senantiasa dijaga dan dipelihara oleh-Nya. Karena hanya dengan hati yang
bersih suci dapat merasakan nikmatnya ibadah kepada-Nya. Hanya dengan
pikiran tenang dan terang kita dapat bermuhabbah kepada-Nya sebagai
bentuk penghambaan kita atas kesempurnaan yang telah diberikan kepada
kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Wallahu’allam Bisshawab…
0 komentar:
Posting Komentar